Setelah pada tulisan sebelumnya dijelaskan bahwa akidah dalam Islam adalah akidah ilmiah, dan bahwa kata ‘aqīdah dalam Islam itu sinonim dengan kata ‘ilm dan ma‘rifah, yang menunjukkan betapa akidah Islam itu adalah kebenaran ilmiah dan rasional, kini penulis akan menunjukkan bahwa kesimpulan ini didukung dengan full dalil dari al-Quran.
Dalam “al-Ḥaqīqah al-Muṭlaqah: Allāh wad-Dīn wal-Insān” (hlm. 153-173), Dr. Ir. Muḥammad Ḥusainī Ismā‘īl menyuguhkan kepada kita dalil-dalil lugas dalam al-Quran, yang menegaskan bahwa agama Islam, yakni agama haqq yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada para utusan-Nya, adalah agama ilmu. Terbukti, kata agama (atau wahyu) diungkapkan dengan kata ganti “‘ilm” (ilmu). Mari perhatikan ayat-ayat berikut:
وَلَئِنِ ٱتَّبَعۡتَ أَهۡوَآءَهُم بَعۡدَ ٱلَّذِي جَآءَكَ مِنَ ٱلۡعِلۡمِ مَا لَكَ مِنَ ٱللَّهِ مِن وَلِيّٖ وَلَا نَصِيرٍ (البقرة [2]: 120).
“Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah ilmu datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS. Al-Baqarah [2]: 120).
وَلَئِنِ ٱتَّبَعۡتَ أَهۡوَآءَهُم مِّنۢ بَعۡدِ مَا جَآءَكَ مِنَ ٱلۡعِلۡمِ إِنَّكَ إِذٗا لَّمِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ (البقرة [2]: 145).
“Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu -kalau begitu- termasuk golongan orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Baqarah [2]: 145).
Ayat di atas ditujukan kepada Nabi Muḥammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, di mana Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang beliau mengikuti hawa nafsu orang-orang Yahudi dan Kristen bersebab akidah mereka menyimpang, karena telah datang kepada beliau “ilmu” dari Allah. Adapun yang dimaksud dengan kata “ilmu” pada dua ayat di atas adalah “wahyu dari Allah”, yakni agama Islam. Dengan demikian, agama Islam dengan segenap unsur akidah di dalamnya, adalah ilmiah.
Dalam ayat lain, Allah berfirman:
يَٰٓأَبَتِ إِنِّي قَدۡ جَآءَنِي مِنَ ٱلۡعِلۡمِ مَا لَمۡ يَأۡتِكَ فَٱتَّبِعۡنِيٓ أَهۡدِكَ صِرَٰطٗا سَوِيّٗا (مريم [19]: 43)
“Wahai ayahku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.” (QS. Maryam [19]: 43).
Pada ayat di atas, Nabi Ibrāhīm berdakwah kepada paman beliau agar dia meninggalkan penyembahan berhala, sebab Nabi Ibrāhīm telah mendapatkan ilmu dari Allah yang harus disampaikan (tablīg) kepada umat beliau. Karena itu Nabi Ibrāhīm menyampaikan ilmu itu kepada paman beliau, yang juga termasuk umat beliau. Dengan demikian, yang dimaksud “ilmu” dalam ayat di atas adalah wahyu, berupa ajaran agama yang diperintahkan oleh Allah untuk disampaikan kepada umat beliau. Di sini Nabi Ibrāhīm tidak mengatakan, “Telah datang kepadaku sebagian agama”, melainkan, “Telah datang kepadaku sebagian ilmu”, yang menunjukkan bahwa agama adalah urusan ilmu.
Kesimpulan yang sama juga bisa diberikan pada rentetan ayat-ayat al-Quran berikut:
وَلَمَّا بَلَغَ أَشُدَّهُۥٓ ءَاتَيۡنَٰهُ حُكۡمٗا وَعِلۡمٗاۚ وَكَذَٰلِكَ نَجۡزِي ٱلۡمُحۡسِنِينَ (يوسف [12]: 22).
“Dan tatkala dia cukup dewasa, Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Yūsuf [12]: 22).
وَلُوطًا ءَاتَيۡنَٰهُ حُكۡمٗا وَعِلۡمٗا وَنَجَّيۡنَٰهُ مِنَ ٱلۡقَرۡيَةِ ٱلَّتِي كَانَت تَّعۡمَلُ ٱلۡخَبَٰٓئِثَۚ إِنَّهُمۡ كَانُواْ قَوۡمَ سَوۡءٖ فَٰسِقِينَ (الأنبياء [21]: 74).
“Dan kepada Lūṭ, Kami telah berikan hikmah dan ilmu, dan telah Kami selamatkan dia dari (azab yang telah menimpa penduduk) kota yang mengerjakan perbuatan keji. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik.” (QS. Al-Anbiyā’ [21]: 74).
وَلَقَدۡ ءَاتَيۡنَا دَاوُۥدَ وَسُلَيۡمَٰنَ عِلۡمٗاۖ وَقَالَا ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِي فَضَّلَنَا عَلَىٰ كَثِيرٖ مِّنۡ عِبَادِهِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ (النمل [27]: 15).
“Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Dāwūd dan Sulaimān; dan keduanya mengucapkan: “Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman.” (QS. An-Naml [27]: 15).
وَلَمَّا بَلَغَ أَشُدَّهُۥ وَٱسۡتَوَىٰٓ ءَاتَيۡنَٰهُ حُكۡمٗا وَعِلۡمٗاۚ وَكَذَٰلِكَ نَجۡزِي ٱلۡمُحۡسِنِينَ (القصص [28]: 14).
“Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Qaṣaṣ [28]: 14).
Dengan membaca rentetan ayat-ayat al-Quran di atas, maka tak ada keraguan sedikitpun bagi kita jika Islam adalah agama ilmiah, tidak bertentangan dengan akal dan ilmu pengetahuan, dan segala aspek dalam agama ini bisa dijelaskan berdasarkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan yang bisa ditangkap dan dipahami oleh setiap orang yang berakal.