Haqiqat Sifat al-A’radul Basyariyah merupakan sifat yang jaiz bagi para nabi, artinya hal tersebut mungkin terjadi pada mereka tapi dengan catatan tidak sampai mengurangi derajat dan kemaksuman mereka, seperti lupa, sakit, dan hal-hal lain yang bersifat manusiawi.
Baca Juga: Salahkah Nabi Adam?
Sering kita dengar cerita tentang kisah para nabi dan rasul yang mendapat berbagai macam ujian yang menimpa mereka. Sebenarnya Allah menguji para nabi dan rasulnya hanya untuk menguji kesabaran dan keimanan mereka, dan adakalanya untuk mengagungkan dan menambah pahala mereka, seperti halnya ujian yang menimpa Nabi Ayyub . Beliau awalnya merupakan nabi yang dikaruniai harta yang banyak dengan bermacam jenisnya, seperti; hewan ternak, budak, dan tanah. Beliau juga memiliki istri yang salihah dan keturunan yang baik.
Nabi Ayyub merupakan hamba yang senantiasa bersyukur dan selalu memuji Tuhannya atas karunia yang diberikan padanya. Sampai suatu ketika beliau diuji oleh Allah, hartanya yang banyak habis, anak-anaknya meninggal dunia, semua ternaknya binasa, dan Nabi Ayyub sendiri menderita penyakit yang sangat berat, semua anggota badannya terkena penyakit kecuali hati dan lisannya yang senantiasa beliau gunakan untuk berzikir kepada Allah . Dalam menghadapi musibah itu, beliau tetap bersabar dan selalu berharap pahala dari Allah, serta berzikir di sepanjang waktu.
Baca Juga: Nabi Ibrahim bukan Pembohong
Sedangkan cerita Isra’iliyât yang sudah masyhur di kalangan kita tentang kisah Nabi Ayyub , bahwa beliau terjangkit sebuah penyakit yang tidak biasa. Penyakit tersebut merupakan penyakit akut yang terkesan menjijikan yang tidak layak disandarkan kepada beliau sebagai seorang utusan hingga membuat orang sekitar menjauhi beliau, bahkan konon beliau sampai dikeluarkan dari desanya dan dibuang ke tong sampah. Juga diceritakan bahwa Iblis meniup badan Nabi Ayyub dengan tiupan yang dapat membakar sekujur tubuh beliau sehingga pada tubuh beliau muncul gumpalan-gumpalan air, lalu Nabi Ayyub menggaruk tubuhnya hingga mengeluarkan darah dan kulitnya terkelupas.
Cerita ini berlandaskan pada ayat:
وَٱذْكُرْ عَبْدَنَآ أَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُۥٓ أَنِّى مَسَّنِىَ ٱلشَّيْطَٰنُ بِنُصْبٍ وَعَذَابٍ
”Dan ingatlah akan hamba kami Ayyub ketika ia menyeru tuhannya, sesungguhnya aku diganggu setan dengan penderitaan dan bencana.” (QS. Shaad :41).
Kebenaran cerita di atas banyak ditentang oleh para ulama seperti Imam al-Alusi, Imam al-Qurthubi, Imam ar-Razi dan ulama tafsir yang lain. Menurut Imam ar-Razi dan Imam athThanthawi kata “Massa” dalam ayat di atas diartikan dengan penderitaan dan siksaan. Sedangkan menurut Imam al-Alusi dan Imam al-Qurthubi kata “Massa” diartikan dengan sebuah gangguan yang tidak sampai menyentuh tubuh Nabi Ayyub , karena tidak mungkin Allah memberikan kuasa pada setan untuk menyentuh para nabi Nya, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya terhadap hambahambaku, engkau (iblis) tidaklah dapat berkuasa pada mereka. Dan cukuplah Tuhanmu sebagai penjaga.” (QS. al-Isra’ :65).
Jadi, para nabi, terkhusus Nabi Ayyub, boleh-boleh saja tertimpa suatu penyakit, namun dengan penyakit yang tidak sampai merusak ‘ishmah dan mengurangi derajat kenabian. (Sayyid Mahmud al-Alusi, Tafsir RuhulMa’ani, juz 12 hlm.206). Sedangkan cerita Isra’iliyât yang beredar, yang mengatakan bahwa Nabi Ayyub berpenyakit parah, sampai diusir oleh orang kampung, maka perlu dipertanyakan kebenarannya.
Misbahul Umam | Annajahsidogiri.id