Kristiani
Bukan perkara yang mustahil jika Tuhan berkehendak menjadi manusia, sebagaimana dalam Yohanes 1: 14. Kita tidak bisa mengatur Tuhan karena Ia akan melakukan segala hal sesuai dengan kehendak-Nya. Bukankah al-Quran sendiri adalah kalam Allah yang telah menjadi buku? Maka begitupun firman Tuhan dalam Yohanes 1: 1 telah menjadi manusia, yang bernama Yesus.
Muslim
Allah c memiliki sifat jaiz, yaitu berhak melakukan apa saja dan berhak meninggalkannya. Tetapi kehendak Allah tidak berkaitan dengan perkara mustahil. Seperti menjadi manusia, yang akan berdampak Tuhan akan dilahirkan, lapar, haus, tidur, dihajar, mati dan lain sebagainya. Atau menjadi apapun yang akan memberikan kesan bahwa Allah sama seperti makhluk-Nya. Kerena Allah telah memberikan kabar dalam al-Quran bahwa Ia berbeda dengan makhluk dari aspek apapun. Sebagaimana dalam surah asy-Syura ayat 11 dan al-Ikhlas ayat 4. Juga, Allah tidak akan melanggar firman-Nya dalam al-Quran hanya karena tujuan spele, seperti menebus dosa dan lain sebagainya.
Mengenai tuduhan Anda bahwa al-Quran adalah kalam Allah yang menjadi buku, lalu Anda qiyaskan dengan kejadian firman Tuhan menjadi manusia sebagaimana posisi Yesus dalam Bible, Maka argumen anda sangat lemah karena dua alasan. Pertama, Anda tidak memahami bagaimana konsep pewahyuan al-Quran. Kedua, Anda tidak paham apa itu kalam Allah. Baik, akan kita jelaskan!
Salah satu ilmu yang wajib digeluti oleh orang yang hendak memahami al-Quran adalah mengetahui metode turunnya al-Quran. Dalam hal ini, imam Suyuthi dalam karyanya, al-Itqan fi ‘Ulum al-Quran, menulis:
أَنَّهُ نَزَلَ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا لَيْلَةَ الْقَدْرِ جُمْلَةً وَاحِدَةً ثُمَّ نَزَلَ بَعْدَ ذَلِكَ مُنَجَّمًا فِي عِشْرِيْنَ سَنَةً أَوْ ثَلَاثٍ وَعِشْرِينَ أَوْ خَمْسٍ وَعِشْرِينَ.
Allah menurunkan al-Quran ke langit dunia (bait al- izzah) secara kontan, lalu malaikat Jibril menurunkan-nya kepada Nabi Muhammad g secara berangsur selama kira-kira 20, 23 atau 25 tahun.[1]
Lebih lanjut, Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki dalam karyanya, Qul Hadzihi Sabili, menjelaskan:
أَنَّهُ تَعَالَى أَنْشَأَهُ بِرُقُوْمِهِ فِي اللَّوْحِ الْمَحْفُوْظِ كَمَا قَالَ تَعَالَى فِي الْبُرُوجِ 21 وَ 22 وَ بِحُرُوفِهِ فِي لِسَانِ الْمَلَكِ جِبْرِيلَ n.
Allah menciptakan kalimat-kalimat al-Quran di Lauh Mahfuz, seperti penjelasan surah al-Buruj: 21-22. Dan hurufnya diungkapkan oleh Malaikat Jibril n.[2]
Al-Quran sebagai kalam Allah memilik dua makna. Pertama, kalam an-nafsi, yaitu kalam Allah yang selalu ada pada Dzat-Nya, tidak akan pernah keluar dari Dzat Allah. Karena telah menjadi sifat-Nya sejak azali. Di poin ini jelas kalam Allah bukan makhluk dan tidak akan menjadi makhluk.
Baca Juga; Kenapa Tuhan Harus Allah?
Kedua, kalam al-lafzi, yaitu al-Quran yang kita baca sebagai bentuk mushaf yang terdapat tulisan, kertas dan lain sebagainya. Nah, poin kedua inilah yang bisa kita katakan makhluk, karena memiliki proses dari tidak ada, lalu menjadi ada. Sama seperti pemaparan Imam Suyuthi dan Sayid Muhammad al-Maliki di atas, bahwa ketika sebuah kalimat atau kalam itu dari ketiadaan, lalu diciptakan, maka hal tersebut adalah makhluk.[3]
Dari pemaparan ini, dapat kita bandingkan bahwa proses turunnya al-Quran kepada Nabi Muhammad g berbeda dengan proses inkarnasi firman Tuhan yang menjadi manusia. Dalam Islam tidak pernah ada ajaran bahwa firman yang ada pada Allah sebagai sifat-Nya keluar dari diri-Nya lalu dapat menjadi sesuatu. Lain halnya dengan Bible yang telah mengklaim bahwa Tuhan Bapa memiliki firman, dan firman itu keluar berinkarnasi menjadi manusia. Sedangkan al-Quran sebagai mushaf yang setiap hari kita baca, adalah kalimat-kalimat yang Allah ciptakan di Lauh Mahfuz, kemudian Allah meletakkannya di langit dunia (Bait al-Izzah), dan Malaikat Jibril n menurunkannya secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad g.
Jika Anda tetap ngeyel dengan mengatakan sama antara mushaf al-Quran dan Yesus, berarti Anda harus setuju bahwa Yesus adalah ciptaan, yang tidak pantas disembah dan bukan Tuhan, sebagaimana mushaf al-Quran yang dipahami umat Islam.
Komparasi
Dalil yang digunakan oleh umat kristiani adalah Yohanes 1:1, sebagai berikut:
Yohanes 1:1 (TB)
Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama- sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
Ἐν ἀρχῇ ἦν ὁ λόγος, καὶ ὁ λόγος ἦν πρὸς τὸν θεόν, καὶ θεὸς ἦν ὁ λόγος
Translate Interlinear:
En arche ēn ho logos, kai ho logos ēn pros ton theon, kai theos ēn ho logos.
Kata FIRMAN dalam teks aslinya adalah logos (λόγος), dan logos atau firman itu menurut Yohanes 1: 1 adalah Tuhan. Dalam Yohanes 1:14 dijelaskan Logos itu telah menjadi daging (manusia).
Yohanes 1: 14 (TB)
Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
Καὶ ὁ λόγος σὰρξ ἐγένετο καὶ ἐσκήνωσεν ἐν ἡμῖν, καὶ ἐθεασάμεθα τὴν δόξαν αὐτοῦ, δόξαν ὡς μονογενοῦς παρὰ πατρός, πλήρης χάριτος καὶ ἀληθείας·
Translate Interlinear:
Kai ho logos sarx egeneto kai eskēnōsen en hemin etheasametha tēn doxan autou doxan hōs monogenous para Patros plērēs charitos kai alētheias
Jika logos itu diartikan Firman Tuhan yang bisa menjadi manusia, maka bagaimana dengan ayat-ayat seperti di bawah ini:
Markus 4: 15 (TB)
Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman, lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka.
οὗτοι δέ εἰσιν οἱ παρὰ τὴν ὁδὸν ὅπου σπείρεται ὁ λόγος, καὶ ὅταν ἀκούσωσιν [t]εὐθὺς ἔρχεται ὁ Σατανᾶς καὶ αἴρει τὸν λόγον τὸν ἐσπαρμένον]εἰς αὐτούς.
Translate Interlinear:
Hoytoi de eisin ohi para tēn hodon hopou speiretai ho logos kai hotan akousōsin eutheōs erchetai ho satanas kai airei ton logon ton esparmenon eis autous.
Di sini dijelaskan bahwa logos pun bisa diambil oleh satanas (setan/iblis). Jika logos itu adalah Tuhan itu sendiri, apakah Tuhan mampu diambil oleh iblis?
Baca Juga; Allah seperti Anak Muda Berambut Keriting
Akan tetapi jika kita membaca Yohanes 1: 14, firman yang telah menjadi manusia, dan manusia itu menjadi Tuhan (Yesus), ketika kita dihadapkan pada fakta di dalam Matius 4: 1 sebagai berikut:
Matius 4: 1 (TB)
Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai iblis.
Τότε ὁ Ἰησοῦς ἀνήχθη εἰς τὴν ἔρημον ὑπὸ τοῦ πνεύματος, πειρασθῆναι ὑπὸ τοῦ διαβόλου.
Translate Interlinear:
Tote ho Iēsous eis anēchthē tēn erēmon hypo you Pneumatos peirasthēnai hypo tou diabolou.
Firman yang telah menjelma menjadi manusia, yang disebut Tuhan Yesus oleh Kristiani, mengalami posisi ketidak-mahakuasaan, sehingga firman yang hidup ini diuji oleh iblis; bukan Tuhan yang menundukkan iblis, akan tetapi Tuhan yang tunduk terhadap iblis, sehingga Tuhan bisa dicobai iblis di padang gurun, dan sang firman ini menjadi lemah setelah menjadi daging. Jadi wajar saja jika logos bisa diambil oleh iblis, karena logos yang menjadi manusia pun bisa diuji oleh iblis.
Sebenarnya, makna logos itu adalah “kehendak” atau “keinginan”, karena sesuai dengan apa yang Yesus katakan dalam Yohanes 8: 55, sebagai berikut:
Yohanes 8: 55
Padahal kamu tidak mengenal Dia, tetapi Aku mengenal Dia. Dan jika Aku berkata: “Aku tidak mengenal Dia”, maka Aku adalah pendusta, sama seperti kamu, tetapi Aku mengenal Dia dan Aku menuruti firman-Nya.
καὶ οὐκ ἐγνώκατε αὐτόν, ἐγὼ δὲ οἶδα αὐτόν· κἂν εἴπω ὅτι οὐκ οἶδα αὐτόν, ἔσομαι ὅμοιος [ai]ὑμῖν ψεύστης· ἀλλὰ οἶδα αὐτὸν καὶ τὸν λόγον αὐτοῦ τηρῶ.
Translate Interlinear:
Kai ouk egnōkate auton, egō de oida auton kan eipō hoti ouk oida auton, esomai homoios hymin pseustēs alla oida auton kai ton logon autou tērō
Walhasil, firman ini adalah kehendak Tuhan, baik dalam perspektif Islam maupun Kristen, Tuhan mampu untuk berkehedak dengan berfirman. Dan jika sesuatu yang keluar dari Tuhan adalah Tuhan, tetapi pada faktanya, firman yang keluar itu tidak sehebat Tuhan, dengan dicobai oleh Iblis dan segala sesuatu di luar Tuhan, maka sebenarnya dia adalah mahluk (ciptaan).
Jadi, jika umat Kristiani menganalogikan Yesus sama dengan al-Quran (buku), di mana perkataan Tuhan bisa menjadi sesuatu, maka harus disepakati pula bahwa Yesus adalah ciptaan. Karena baik buku maupun Yesus adalah manifestasi hasil dari firman. Baik al-Quran dilihat secara kertasnya, tintanya bahkan mushafnya adalah ciptaan. Begitu juga dengan Yesus, baik tubuhnya, dagingnya, dan darahnya adalah ciptaan.
Umat Islam sepakat, hukumnya kafir bagi setiap orang yang menyembah firman Allah. Karena cara penyembahan seperti itu adalah hal konyol. Allah memiliki banyak sifat kesempurnaan. Lalu mengapa harus menyembah firman-Nya? Bukankah Allah juga memiliki sifat maha mendengar, melihat, menguasai, mengetahui dan lain sebagainya. Namun, jika kita menyembah Allah, yaitu Dzat-Nya, maka seluruh sifat yang melekat pada-Nya telah terwakili.
Firman itu adalah sifat atau kemampuan. Tuhan berfirman artinya kemampuan Tuhan untuk berkata-kata. Jika firman ini harus disembah dan diibadahi, maka kita tidak menyembah pendengaran Tuhan, penglihatan Tuhan dan lain sebagainya. Beda halnya jika yang kita sembah adalah Dzat-Nya atau personal-Nya, maka seluruh yang melekat pada-Nya akan terwakili dalam penyem-bahan tersebut.
- Fuad Abdul Wafi | Annajahsidogiri.id
[1] Imam Suyuthi, al-Itqan, juz 1. hal. 2.
[2] Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki, Qul Hadzihi Sabili, hal. 12.
[3] Sayid Muhammad al-Maliki, Qul Hadzihi Sabili, hal. 11-12 & Syekh Ibrahim al-Bajuri, Tuhfah al-Murid, hal. 121.
































































