Sudah jamak kita ketahui bahwa model pemikiran liberalisme itu banyak. Oleh karena itu, banyak istilah-istilah pemikiran sesat yang telah populer dengan sendirinya. Seperti feminisme yang berarti menyinggung tentang kesetaraan gender. Desakralisasi yang menuai sebuah pemikiran bahwa tidak adanya bentuk kesakralan dalam al-Quran, skeptisime, humanisme, atheis, dan semacamnya. Kita sebagai pemuda Ahlusunah wal Jamaah harus ekstra hati-hati dalam melawan pemikiran semacam ini. Agar keimanan akidah Ahlusunah wal Jamaah kita tidak ternodai. Dalam pembahasan kesetaraan dan keadilan ini, munculah permasalahan mengenai Relativisme, paham ini menyatakan bahwa agama Islam belum tentu benar dan agama di luar Islam belum tentu salah. Sehingga kita tidak boleh mengklaim kebenaran hanya untuk agama kita sendiri.
Nah, seperti inilah bentuk pemikiran Relativisme. Sehingga dari pemikiran Relativisme ini, lahirlah pemikiran baru yaitu Pluralisme yang menganggap semua agama itu sama-sama benar di sisi Allah, dan bahwa semua agama adalah jalan yang bisa menyampaikan pada keselamatan ukhrawi, yakni bisa menjadi jalan bagi para pemeluknya menuju surga. Para pendukung dan pengusung pemikiran Pluralisme ini bersikeras menguatkan gagasannya dengan al-Quran surat al-Baqarah ayat 62:
إنَّ الَّذِيْنَ أمَنُواْ وَالَّذِيْنَ هَادُواْ وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِيْنَ مَنْ آمَنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْأخِرِوَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang Mukmin, Yahudi, Nasrani, dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari akhir, dan beramal shalih. Maka mereka akan menerima pahala dari tuhan mereka, ridak ada kekhawatiran kepada mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.”
Baca Juga: Asmaul-Husna; Apakah Cuma Sembilan Puluh Sembilan Nama ?
Jika kita membaca literal teks ayat ini, kita akan berkesimpulan bahwa seseorang yang beragama apapun, baik itu Islam, Yahudi, Nasrani, Shabiin, dan yang lainnya, yang penting beramal shalih dan percaya kepada Allah dan hari akhir, maka mereka akan selamat di akhirat, yakni masuk surga.
Namun bagaimanapun juga, pemikiran ini salah total. Karena menyalahi pada dalil qath’i dan dalil al-Quran yang lain. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat ini turun ketika Sahabat Salam al-Farisi bercerita kepada Nabi tentang teman-temannya Sahabat Salman adalah orang-orang yang beriman akan terutusnya Nabi yang terakhir. Mereka juga rajin shalat, puasa, dan senantiasa melakukan amal shalih. Tapi mereka tidak sempat masuk Islam karena mereka meninggal sebelum terutus. Setelah sahabat Salman menceritakan tentang teman-temannya. Nabi menanggapi bahwa mereka masuk neraka. Mendengar jawaban Nabi seperti itu sahabat Salman sangat sedih. Akhirnya turunlah surat al-Baqarah ayat 62 yang menegaskan bahwa mereka masuk surga.
Dalam kitab Hasiyah as-Shawi di jelaskan bahwa, orang Yahudi yang selamat adalah orang Yahudi yang beriman kepada Taurat dan Nabi musa, hingga datangnya Nabi Isa. Dan orang Nasrani yang selamat adalah orang Nasrani yang beriman kepada Injil dan Nabi Isa sampai datang dan diutusnya Nabi Muhammad. Jika keduanya tetap berada pada agama lamanya setelah terutusnya Nabi setelahnya dan tidak beriman kepada Nabi setelahnya, maka keduanya akan celaka.
Baca Juga: Syariat Islam Produk Budaya (?)
Adapun tentang Shabiin, Ibnu Katsir mengutarakan banyak pendapat, tapi yang paling jelas adalah, mereka ialah kaum yang tidak menganut agama apapun dan tetap ada dalam fitrahnya.
Jadi, dalil pemikiran pluralisme dengan surat al-Baqarah ayat 62, bisa ditolak dengan penjabaran tafsir ulama Ahlusunah. Dan pemikiran pluralisme yang mengatakan semua agama itu sama-sama benar dan semua agama bisa mengantarkan pada keselamatan ukhrawi, itu juga tertolak dengan al-Quran surat ali-Imran ayat 19 :
إنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللهِ الْإِسْلَامُ
“Sesungguhnya agama yang benar menurut Allah adalah agama Islam.”
Dengan dalil-dalil qath’i yang lain, kita bisa mematahkan pemikiran liberal yang telah menyebar luas dikalangan orang awam. Semoga kita bisa meluruskan pemikiran yang telah terlanjur belok itu dengan dalil-dalil qath’i yang lain dan dengan penjabaran para ulama salaf ahlusunah wal jama’ah.
Deni Arisandi | Annajahsidogiri.id