Upaya para ktivis ‘anti bid’ah’ dalam meluncurkan aksi penolakannya sangat beragam. Hampir semua cara telah mereka lakukanuntuk menggiring opini masyarakat menuju paham yang selama ini mereka anut: Bahwa semua bid’ah sesat. Bid’ah sendiri adalah inovasi amaliah yang tidak pernah dikerjakan Rasulullah ?.
Aksi penolakan yang mereka lakukan pun terkesan tidak fair. Mereka kerap kali
menyesatkan bahkan mengafirkan dengan dalil yang cakupan isinya terlalu umum, namun di saat berbeda mereka selalu menolak dalil umum yang disampaikan oleh lawan. Pihak lawan dituntut untuk menggunakan dalil khusus guna membantah argumen para ‘anti bid’ah’. Tentu hal demikian sangat tidak imbang jika dilakukan dalam forum ilmiah.
Sekedar contoh, mereka kerap kali menyesatkan rutinitas tahlil yang biasadikerjakan oleh warga Nahdliyin. Dalil yang mereka gunakan adalah Hadis Nabi ? di atas.
Namun ketika ulama NU menanggapi tuduhan tersebut dengan Hadis Nabi ?, “Bacakanlah surat Yasin kepada orang mati kalian” (HR. Abu Daud dan Ibnu Hibban), mereka malah menolaknya. Alasan yang mereka kemukakan adalah dalil ini terlalu umum. Mereka menuntut ulama NU untuk menyampaikan dalil khusus. Padahal, perlu diakui, bahwa dalil yang mereka gunakan untuk menyesatkan amaliah tadi juga umum. Inilah salah satu bukti ketidak jujuran ilmiah yang sering mereka suarakan.
Lalu, untuk membantah tuduhan para ‘anti bid’ah’ ini, saya rasa perlu untuk mengadakan diskursus khusus terkait maksud Hadis “Semua bid’ah sesat”. Benarkah semua bid’ah sesat? Tentu jawabannya adalah “Tidak”. Untuk menjawabnya, hal pertama dan yang paling utama untuk dilakukan adalah: Memahami bahwa kata kull tidak mesti bermakna semua, termasuk dalam Hadis di atas. Ada beberapa kata kull yang justru bermakna sebagian.
sebagai contoh, disebutkan dalam al-Quran:
?????????? ???? ??????? ????? ???? ?????
“Dan dari air kami jadikan sesuatu yang hidup” (QS. Al-Anbiya’: 30)
Dalam ayat ini tidak mungkin jika kata kull diartikan semua. Sebab tidak semua makhluk hidup tercipta dari air. Jin yang juga tergolong makhluk hidup ternyata diciptakan dari api, bukan air. Allah berfirman: “Dan kami telah ciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. (QS. Al-Hijr: 27)
Begitu pun dengan Hadis di atas. Kata kull dalam Hadis di atas tidak mungkin jika bermakna semua. Sebab, faktanya malah ada sebagian bid’ah yang terpuji (Mamduh). Pemahaman ini sesuai dengan sabda Nabi ? “Siapa yang memunculkan perbuatan baik dalam Islam, maka dia akan mendapatkan pahala orang yang turut mengerjakannya dengan tidak mengurangi sedikitpun dari pahalanya”. (HR. Muslim)
Dalam hadis riwayat Imam Muslim ini, pelaku bid’ah (memunculkan perbuatan baik) malah mendapatkan pahala. Pahala yang dijanjikan dalam hadis ini menjadi bukti yang tak terbantahkan bahwa tidak semua bid’ah tercela. Masih ada bid’ah yang terpuji.
Oleh karena itu, akhirnya para ulama mengklasifikasi bid’ah menjadi dua: Terpuji (hasanah) dan tercela (madzmumah). Bid’ah terpuji adalah inovasi amaliah yang tidak bertentangan dengan syariat. Sebaliknya, jika inovasi tersebut bertentangan dengan syariat, maka termasuk bid’ah tercela.
Kira-kira seperti inilah maksud Hadis Kullu bid’atin Dholalah. So, mari terus lestarikan amaliah warga NU yang sudah menjadi budaya kita! Wallahu a’lam.
Abdoellah Tsani/Annajah.co