Kita lanjutkan pembahasan kita sebelumnya tentang tauhid “Asmâ’ wash-shifât” milik Wahabi. Dalam salah satu tulisan Dr. Ali Musri Semjan Putra, M.A dijelaskan, bahwa Allah ﷻ memiliki sifat dua tangan tanpa menyerupakannya dengan sifat-sifat makhluk. Dan tidak pula mengkhayalkan atau mempertanyakan tentang bentuk (hakikat) sifat tersebut. Serta tidak pula menakwilkannya dengan sesuatu yang di luar makna sifat. Hal tersebut, (menurut mereka) sesuai dalam nash, baik Al-Qur’an maupun hadis.
Singkatnya, mereka mengartikan “yad” dengan arti tangan sebagai sebuah anggota meski tanpa mempertanyakan bentuk dan sifatnya. Itulah akidah yang selama ini mereka koar-koarkan. Melalui asumsi inilah, mereka menganggap sesat orang yang menakwil ayat “yad” dalam Al-Qur’an dan hadis.
Untuk menghilangkan syubhat-syubhat yang mereka lontarkan, berikut kami kupas kesalahan mereka dalam memahami “yad” dalam nash.
Dalil yang kerap disalahpahami oleh Wahabi dalam asumsi yang mereka bawa tentang pemaknaan “yad” adalah ayat berikut:
قَالَ يٰٓاِبْلِيْسُ مَا مَنَعَكَ اَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ ۗ اَسْتَكْبَرْتَ اَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِيْنَ
“(Allah) berfirman: ‘Wahai Iblis, apakah yang menghalangimu untuk bersujud kepada yang telah Aku ciptakan dengan kedua yad-Ku (kekuasaan-Ku)? Apakah kamu menyombongkan diri ataukah (memang) termasuk golongan yang (lebih) tinggi?” (QS. Shâd [38]: 75).
Serta hadis yang menceritakan syafaat di hari Kiamat. Sebagai berikut:
« احْتَجَّ آدَمُ وَمُوسَى عَلَيْهِمَا السَّلَامُ عِنْدَ رَبِّهِمَا فَحَجَّ آدَمُ مُوسَى قَالَ مُوسَى: أَنْتَ آدَمُ الَّذِي خَلَقَكَ اللهُ بِيَدِهِ، وَنَفَخَ فِيكَ مِنْ رُوحِهِ، وَأَسْجَدَ لَكَ مَلَائِكَتَهُ، وَأَسْكَنَكَ فِي جَنَّتِهِ، ثُمَّ أَهْبَطْتَ النَّاسَ بِخَطِيئَتِكَ إِلَى الْأَرْضِ (رواه مسلم).
“Musa berkata; ‘Kamulah Adam yang telah diciptakan Allah dengan yad-nya (kekuasaan-Nya). Kemudian Allah menghembuskan ruh-Nya ke dalam dirimu. Setelah itu, Allah memerintahkan semua malaikat-Nya untuk bersujud kepadamu dan Dia menempatkanmu di dalam surga-Nya, tetapi kemudian kamu membuat manusia turun ke bumi karena kesalahanmu.” (HR. Muslim).
Baca Juga; Benarkah Allah Mempunyai Betis ?
Al-Qur’an kerapkali menyebutkan beberapa lafaz yang tidak dapat dipahami arti hakikatnya. Faktornya, dikarenakan bahasa Arab yang mempunyai kaidah bahasa yang luas.
Misalnya Lafad “yad”, orang Arab menggunakan lafaz ini dalam 25 makna yang berbeda-beda baik makna hakikat ataupun majaz. Artinya, jika suatu lafaz tidak dapat diartikan dengan makna hakikatnya, maka diarahkan pada makna lain. Hal tersebut meninjau susunan kata, kepantasan, keadaan atau lainnya.[1]
Oleh sebab itu, terdapat dua metode yang digunakan oleh ulama salaf seperti al-Imam an-Nawawi, dalam menyikapi ayat diatas.[2]
Pertama, meyakini bahwa lafad “Yad” ini tidak ada makna secara spesifik, namun tetap harus mengimani bahwa makna hakikat dari lafaz tersebut tidak dikehendaki.
Pengertian seperti ini, tidak sama dengan kelompok Wahabi yang mengekor pada Imam Ibnu Taimiyah. Beliau berpendapat bahwa Allah memiliki sifat dua tangan tanpa menyerupakannya dengan sifat-sifat makhluk, Dan tidak pula mengkhayalkan atau mempertanyakan tentang bentuk (hakikat) sifat tersebut.
Titik kesalahannya adalah mereka menafsiri lafaz yad yang berarti anggota (jârihah). Secara tidak sadar, mereka beropini bahwa Allah memiliki tangan, sebagaimana asumsi kelompok Mujassimah.
Baca Juga; Allah Bertangan, Benarkah?
Kedua, ulama menakwil lafaz “yad” dalam ayat tersebut, dengan sifat kodrat atau kekuasaan Allah. Makna inilah yang banyak disetujui oleh para ulama, sesuai dalam kitab Tafsîr al-Mâwardî:
} قَوْلُهُ عَزَّ وَجَلَّ: {قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدِيَّ} فِيهِ ثَلَاثَةُ أَوْجُهٍ: أَحَدُهَا: بِقُوَّتِي، قَالَهُ عَلِيُّ بْنُ عَاصِمٍ. الثَّانِي: بِقُدْرَتِي، الثَّالِثُ: لما تَوَلَّيْت خَلْقَهُ بِنَفْسِي , قَالَهُ ابْنُ عِيسَى.
Firman Allah Yang Mahakuasa: (Dia berkata, Wahai Iblis, apakah yang mencegahmu dari sujud pada yang Aku ciptakan dengan yad-Ku) ayat ini memiliki tiga interpretasi: pertama, dengan kekuatan-Ku, ini adalah pendapat Ali bin Asim. Kedua, dengan kodrat-Ku. Ketiga, pada yang Aku mengambil alih ciptaannya sendiri, ini adalah pendapat Ibnu Sina. [3]
Selanjutnya, jika terjadi sanggahan, bukankah Allah menciptakan segala hal dengan kodrat-Nya? Yang berarti tidaklah berfaidah Allah menyebutkan dalam Al-Qur’an keistimewaan penciptaan Nabi Adam yang kemudian dibuat hujah bagi Allah kepada Iblis untuk sujud kepadanya?
Menurut Syekh Abdul-Qadir ‘Isa Diyab bahwa Nabi Adam tetap mempunyai keistimewaan dalam proses penciptaannya, yaitu Allah menciptakan Nabi Adam tanpa ayah dan ibu sebagaimana makhluk lain yang tercipta dengan kodrat Allah dengan melalui sunatullah. Seperti fulan yang terlahir dan tercipta dari proses sunatullah yaitu ibu dan bapaknya.[4] Dalam Syarh Muslim, al-Imam an-Nawawi menegaskan alasan Allah menggunakan lafaz “Yad” dalam konteks penciptaan Nabi Adam, yaitu karena tangan adalah sarana manusia untuk menciptakan sesuatu dan Al-Qur’an datang kepada manusia agar lebih memudahkan akal mereka untuk mencernanya dan lebih memberi bekas dalam hati mereka. [5] Wallâhu a’lam bish-shawâb.
Ahmad Kholil | Annajahsidogiri.id
[1] Dr.Umar Abdillah Kamil, Al-Inshâf fî mâ Utsîrâ Haulahul-Khilâf, hlm. 113. Al-Wabil Aṣ-Ṣayib. 2010.
[2] Ibid, hlm. 317.
[3] Al-Imam Al-Mâwardi, Tafsîr al-Mâwardî, hlm. 111.
[4] Abdul Qadir ‘Isa Diyab. al-Mîzân al-‘Âdil. hlm. 105.
[5] Dr.Umar Abdillah Kamil. Al-Inṣaf fîmâ haulhu min al-Khilâf. Hal.315. Al-Wabil Aṣ-Ṣayib. 2010.