Salah satu pokok ajaran Syiah adalah Raj’ah (reinkarnasi). Syiah Imamiyah sepakat meyakini doktrin ini sebagai salah satu ajaran mereka. Dalam Syiah, ajaran Raj’ah ini merupakan kelanjutan dari episode kehadiran al-Mahdi, di mana menurut keyakinan mereka, semua Imam Ahlulbait dan orang-orang yang memusuhi mereka pasca kedatangan al-Mahdi akan dibangkitkan kembali dari kematian, mereka akan berhadap-hadapan dalam suatu medan pertempuran.
Baca Juga: Imamah adalah Kebingungan Syiah
Ajaran Raj’ah yang dikehendaki oleh Syiah di sini bukanlah kebangkitan dari kubur pada hari kiamat, sebagaimana keyakinan kaum Muslim pada umumnya. Namun ajaran Raj’ah versi Syiah ini adalah kebangkitan dari alam kubur ke alam dunia untuk melaksanakan prosesi balas dendam. Kemudian mereka yang telah dibangunkan akan mati kembali, dan setelah itu hari kiamat akan tiba.
Di antara dalil yang dipakai oleh Syiah sebagai dasar Raj’ah adalah firman Allah SWT:
إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ
Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) al-Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. (QS. al-Qasash {28}: 85)
Mereka melihat adanya kecocokan antara doktrin Raj’ah dan kata Ma’âd. Tapi, kalau kita menelaah kata Ma’âd dalam segi bahasa, maka kata Ma’âd memiliki empat arti, yaitu akhirat, haji, Makkah dan surga sebagaimana dikatakan oleh Syekh Fairus Abadi dalam al-Qamus al-Muhith. Jadi, kata Ma’âd tidak ditemukan yang mempunyai arti kembali ke dunia. (Lihat: Al-Qamus al-Muhith, juz 1 hal 302).
Dari segi Sababun-Nuzul , Imam Fakhruddin ar-Razi dalam tafsir Mafatihul-Ghaibnya menyebutkan, Imam al-Muqâtil meriwayatkan bahwa sebab turunnya ayat ini adalah ketika Rasulullah SAW keluar dari Gua Tsur (dalam usaha beliau hijrah ke Madinah). Saat itu, beliau tidak melewati jalan-jalan Makkah karena khawatir tertangkap oleh orang kafir Quraiys. Ketika sudah merasa aman, beliau kembali melewati jalan-jalan Makkah dan singgah di Juhfah (suatu tempat antara Makkah dan Madinah). Saat itu Beliau teringat dan terkenang dengan tempat kelahirannya itu. Malaikat Jibril kemudian turun sambil bertanya: “Apakah engkau merindukan tempat kelahiranmu Muhammad? Rasulullah SAW menjawab: “Ya.” Lalu Jibril AS berkata, “Sesungguhnya Allah SWT berfirman kepadamu:
إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ
Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) al-Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. (QS. al-Qasash {28}: 85)
Dalam segi Sababun-Nuzul pun tidak satu pun ulama mengartikan kata Ma’âd dengan makna kembali ke dunia. Dalil lain yang dipakai oleh orang Syiah adalah firman Allah SWT:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَهُمْ أُلُوفٌ حَذَرَ الْمَوْتِ فَقَالَ لَهُمُ اللَّهُ مُوتُوا ثُمَّ أَحْيَاهُمْ
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; maka Allah berfirman kepada mereka: ‘Matilah kamu’, kemudian Allah menghidupkan mereka.(QS. Al-Baqarah 243).
Ayat ini juga tidak ada kaitannya dengan Raj’ah yang menurut keyakinan Syiah akan terealisasi menjelang hari akhir. Karena ayat tersebut menceritakan umat terdahulu yang berusaha lari dari kematian ketika virus ganas menyerang negeri mereka. Lalu Allah SWT berfirman kepada mereka, “Matikah kalian!” Maka matilah umat tersebut. Kemudian Allah SWT menghidupkan mereka kembali sebagai peringatan bagi umat-umat setelahnya, bahwa lari dari kematian tidak memberi keuntungan apapun bagi kehidupan mereka. Selain itu ayat tersebut juga menggambarkan kekuasaan Allah SWT yang mampu menghidupkan dan mematikan makhluk sesuai dengan kehendak-Nya. (Lihat: Mafatih al-Ghaib, juz 3 hal 394). Wallahu A’lam.