Luasnya persebaran ideologi Ahlussunah wal Jamaah tidak lepas dari peran para tokoh yang secara intens bekerja keras untuk menyosialisasikannya tengah masyarakat. Wafatnya Imam al-Asy’ari pada awal abad ke-3 Hijriah tidak serta merta menutup lembaran ketenaran Ahlussunah wal Jamaah pada khalayak umum. Besarnya perhatian para ulama salaf dalam menegakkan aliran teologis mulia inilah yang membuatnya tetap lestari hingga saat ini. Berikut hasil kajian ilmiah kami dalam menilik sejarah para pejuang akidah Ahlussunah wal Jamaah dari masa ke masa;
1. Al-Qadhi Abu Bakar al-Baqilani (Pejuang akidah abad ke-3 H)
Bashrah adalah tempat lahir beliau, dengan nama lengkap Abu Bakar Muhammad bin at-Thayyib bin Muhammad bin Jakfar al-Baqilani. Merupakan satu-satunya ulama yang berpredikat saifus-sunah (pedang sunah) dan lisân al-ummah (juru bicara umat). Selain sebagai ulama poros acuan akidah, beliau juga seorang dai bermazhab Maliki dan pemegang teguh Ahlur-Ra’yi dalam literasi bermazhab. Geliat ilmunya tertuang luas di Baghdad, dengan mendatangi majelis kaum Muktazilah dan Syiah guna memerangi ideologi mereka, hingga beliau wafat pada usia 65 tahun. Kitab-kitab peninggalan sang kadi yang masih dapat kita rasakan sampai saat ini antara lain; I’jâzul-Qur’an, Manâqibul-A’immah, dan lain sebagainya.
Baca Juga: Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari; Perumus Formula Akidah Aswaja
2. Imam al-Haramain al-Juwaini (Pejuang akidah abad ke-4 H)
Abu al-Ma’ali Abdul Malik bin Abdullah bin Yusuf bin Muhammad al-Juwaini. Terkenal sebagai pengajar terfasih dalam penyampaian materi Universitas Naisabur, pusat kajian ilmiah terbesar pada masanya yang pembangunannya diprakarsai oleh PM Nizham al-Mulk atas izin dan persetujuan Sultan Alp Arslan. Julukannya sebagai Imam al-Haramain (Imam dua tanah haram, Makkah dan Madinah) beliau capai karena pernah bermukim di Makkah dan Madinah selama kurang lebih empat tahun dengan aktifitas mengajar, berfatwa dan menghimpun riwayat-riwayat mazhab as-Syafi’i. Kitab-kitab karangan beliau yang monumental antara lain; Nihâyatul-Mathlab, Syarhu lubabil-Fiqh, al-Waraqât dan sebagainya.
3. Abu Hamid Muhammad al-Ghazali (Pejuang akidah abad ke-5 H)
Al-Imam Zainuddin Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali at-Thusi. Satu-satunya ulama yang populer dengan predikat Hujjah al-Islâm. Asal mula rihlah ilmiah yang beliau jalani adalah dengan menggerus pelbagai fan ilmu di daerah kelahirannya kepada al-Imam Ahmad ar-Radzikani at-Thusi, kemudian berkelana ke Jurjan dan mengikuti kajian ilmu yang diasuh oleh al-Imam Abu Nashr al-Ismaili. Setelah itu, beliau melanjutkan pengembaraan ilmunya ke Naisabur dan dengan istikamah mengikuti kuliah di Universitas Nizhamiyah asuhan Imam al-Haramaini al-Juwaini. Saat dirasa telah banyak ilmu yang didapat dan lamanya waktu yang dikorbankan, sang Hujjatul Islâm akhirnya pulang kampung dan diberi mandat oleh PM Fakhrul Mulk untuk mengajar di Universitas Nizhamiyah, Naisabur. Namun, tidak seberapa lama, beliau kembali ke rumahnya di Thus guna mendirikan khaniqah bagi para sufi dan membangun akademi khusus untuk mengkaji Tasawuf. Banyak sekali kitab-kitab monumental beliau yang masih menjadi trend dalam mengkaji ilmu di Nusantara ini, diantaranya; Ihya’ ‘Ulûmiddîn, al-Wasîth, al-Basîth dan lain sebagainya.
Baca Juga: Imam al-Gazālī dan al-Munqiẓ
4. Syekhul Islam Izzuddin bin Abdissalam (Pejuang akidah abad ke-6 H)
Ulama multitalenta yang tak asing lagi di kalangan santri ini bernama lengkap al-Imam Izzuddin Abu Muhammad Abdil Aziz bin Abdissalam bin Abil Qasim bin al-Hasan as-Sulami. Tingginya ilmu yang beliau peroleh membuatnya menyandang predikat Sulthan al-‘Ulama. Masa mudanya dihabiskan untuk menimba fikih pada al-Hafiz Imam Fakhruddin ibn ‘Asakir dan menelaah Ilmu Teolog serta ushul fikih pada Mahaguru al-Imam Saifuddin al-Amidi maka tak heran beliau dinisbatkan sebagai fakih ternama dalam literatur mazhab as-Syafi’i dan memiliki penguasaan masalah khilafiyah diatas rata-rata. Al-Imam Izzuddin wafat di Mesir pada penghujung abad ke-6 dengan mewariskan karya-karya yang fantastis diantaranya; kitab al-Aqâid yang bergenre teologis dan kitab Qawâ’idul ahkâm fi mashâlihil anâm yang menguraikan kaidah-kaidah umum dalam Ilmu fikih.
Ahmad Kholil | Annajahsidogiri.id