Dewasa ini paham liberal sangat deras menyebar. Paham ini dikenalkan dan dibawa oleh kelompok yang ingin merusak Islam, misionaris dan orientalis. Mereka kemudian menyebarkannya kepada pelajar muslim, umumnya mahasiswa yang belum betul memahami Islam. Di Indonesia, antek-antek mereka tergabung dalam organisasi yang bernama Jaringan Islam Liberal (JIL) dan lembaga lain yang terkelompok ke dalam Komunitas Utan Kayu (KUK).
Derasnya penyebaran paham liberal ini didukung oleh kekayaan finansial. Mereka mempunyai banyak media yang dapat mempengaruhi opini publik. Lembaga pendidikan, koran, televisi, radio, twitter, facebook dan media yang lain menjadi ‘gedung sekolah’ mereka untuk mencetak kader liberalis. Oleh karenanya, perlu ada penyaringan informasi tentang hukum agama yang diterima melalui media-media di atas. Hawatir informasi itu bersumber dari tokoh-tokoh liberal.
Secara garis besar mereka sering mengangkat isu-isu agama yang nyeleneh dan kontroversial. Mereka juga sering sok mendukung kelompok minoritas. Seakan-akan mereka adalah ‘power ranger’ yang siap menjadi pahlawan bagi orang-orang tertindas. Padahal sebenarnya mereka telah menginjak-injak perasan dan hati umat Islam.
Dalam menyebarkan pahamnya, mereka sangat pintar untuk mengelabuhi orang lain. Biasanya, mereka sering bersikap sok netral. Tujuannya adalah untuk menarik simpati masyarakat agar senang kepada paham yang mereka bawa. Mereka sadar bahwa tipologi masyarakat Indonesia cenderung untuk mengasihi kelompok yang tertindas.
Inti wacana yang mereka kembangkan mengerucut kepada dua hal. Pertama, penolakan terhadap akidah Islam. Wacana ini akhir-akhirnya akan berujung kepada pengkaburan dan penyamaan agama. Kedua, penolakan terhadap penegakan syariat Islam.
Baca Juga : Kita harus Tegas Anti Syiah,Wahabi, dan Liberal
Dibawah ini kami akan sedikit mengenalkan isu-isu agama yang sering mereka suguhkan:
Dekonstruksi Syariat. Mereka sering merombak hukum syariat yang sudah diatur dalam Islam. Untuk mendukung pemikirannya, banyak argumentasi yang mereka sampaikan. Argumentasi tersebut sama sekali tidak merujuk kepada teori berpikir Islam yang telah dirumuskan oleh para ulama. Mereka lebih memilih untuk menggunakan teori yang dikembangkan oleh musuh Islam, semisal orientalis. Tak heran jika mereka berani untuk mengubah hukum syariat yang telah ditetapkan oleh Allah I.
Contohnya, mereka sering mengatakan bahwa muslimah tidak wajib menggunakan hijab. Argumen mereka, hijab hanyalah tradisi orang-orang Arab. Begitupula dengan perkawinan sesama jenis, gay atau lesbi. Menurut mereka, perkawinan sesama jenis diperbolehkan oleh Islam. Saat ini pembenaran terhadap perkawinan sesama jenis marak disebarkan. Nah, isu-isu ini sangat bertentangan dengan hukum yang telah ditetapkan oleh Allah I.
Ide seperti ini tidak dapat diterima. Allah I berfirman, “Barang siapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan oleh Allah, maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (QS. Al-Maidah: 45). Dalam Islam, yang berhak mengambil keputusan syariat adalah Allah. Aturan Allah itu kemudian dituangkan ke dalam al-Quran atau Hadis.
Pluralisme Agama. Mereka kerap kali melontarkan pendapat bahwa semua agama pada hakikatnya sama, sekalipun nama dan bentuk ibadahnya berbeda. Kata mereka, agama adalah jalan menuju tuhan yang sama. Sekalipun ritual ibadahnya berbeda, itu hanya perbedaan rute bukan tujuan. Jelas, paham seperti ini tidak benar. Selain tidak ditemukan dalilnya, secara logika paham ini juga rapuh. Siapapun orangnya, mereka tidak akan mengatakan bahwa Islam yang mempunyai satu Tuhan, yaitu Allah I, sama dengan Kristen yang mempunyai tiga tuhan. Jadi, paham ini keliru syar’an wa ‘aqlan (secara syariat dan logika).
Baca Juga : Hakekat Pluralisme
Setelah mengenal cara dan isu yang mereka sebarkan, kita perlu untuk terus hati-hati setiap mendapat informasi keagamaan yang diterima melalui media atau yang lain. Apalagi apabila informasi yang diterima merugikan Islam, mengubah syariat dan membenarkan atau membela agama selain Islam. Akhiran, semoga Allah I memberi kaum liberal hidayah agar kembali ke jalan yang benar. Amin.
Abdoellah Tsani/Annajahsidogiri.id