Barangkali sudah amat sering kita mendengar dan mendapati beberapa orang yang mendeklarasikan dirinya sebagai Nabi, dengan alasan yang beraneka ragam dan bermacam-macam mereka lontarkan demi meyakinkan orang sekitar. Salah satunya ialah, mengaku dirinya sudah menerima wahyu Ilahi via malaikat Jibril, atau alasan lain sebagainya. Sungguh fenomena yang sedemikian ini adalah hal yang aneh plus lucu, sekaligus sudah pasti akan kedustaannya. Karena bagaimana pun juga, orang yang berani mengaku dirinya seorang Nabi, berarti sudah melakukan kesalahan besar alias fatal dalam ajaran agama Islam, dan tidak membuka mata dari nas-nas yang ada. Allah dalam surat al-Ahzab ayat 40 berfirman:
مَّاكَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَكِن رَّسُولَ اللهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًا.
”Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi, dan sesungguhnya Allah maha mengetahui pada segala sesuatu.” (QS : al-Ahzab 40)
Imam Jalaluddin Abdur Rahman bin Abu Bakar as-Suyuti menafsiri ayat di atas bahwa tidak ada seorang Nabi yang diutus oleh Allah setelah Nabi Muhammad. Mengenai turunnya Nabi Isa kelak di akhir zaman, Beliau menghakimi sebuah polemik dengan syariat Nabi, bukan dengan menggunakan ajaran Beliau. (Tafsîr Jalậlain hal. 556). Syekh Ibrahim al-Laqani menambahkan sebuah penjelasan dalam kitabnya bahwa Nabi Isa kelak turun ke muka bumi bukanlah sebagai Nabi yang baru, melainkan status kenabian Nabi Isa terus berlanjut sampai Beliau turun ke bumi. (Hidậyatul-Murîd hal. 248).
Baca Juga: Menjumpai Nabi Dalam Keadaan Sadar, Mungkinkah?
Rasulullah bersabda :
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ مَثَلِي وَمَثَلَ الْأَنْبِيَاءِ مِنْ قَبْلِي كَمَثَلِ رَجُلٍ بَنَى بَيْتًا فَأَحْسَنَهُ وَأَجْمَلَهُ إِلَّا مَوْضِعَ لَبِنَةٍ مِنْ زَاوِيَةٍ فَجَعَلَ النَّاسُ يَطُوفُونَ بِهِ وَيَعْجَبُونَ لَهُ وَيَقُولُونَ هَلَّا وُضِعَتْ هَذِهِ اللَّبِنَةُ قَالَ فَأَنَا اللَّبِنَةُ وَأَنَا خَاتِمُ النَّبِيِّينَ
“Sesungguhnya perumpamaan diriku dan para Nabi lainnya sebelumku, seperti seorang lelaki yang membangun sebuah rumah. Ia mengerjakannya dengan baik dan indah, kecuali sebuah batu bangunan di pojoknya. Manusia-pun lantas mengelilinginya dan mengaguminya, dan mereka berkomentar: “Kenapa tidak diletakkan sebuah batu bangunan di tempat ini?”. Beliau bersabda: “Akulah batu bangunan itu. Dan akulah penutup para Nabi.” (HR. al-Bukhari)
عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال: قال رسول الله :إن الرسالة والنبوة قد انقطعت فلا رسول بعدي ولا نبي، قال: فشق ذلك على الناس فقال: «ولكن المبشرات»، قالوا: يا رسول الله وما المبشرات؟ قال: «رؤيا الرجل المسلم وهي جزء من أجزاء النبوة» رواه الإمام أحمد والترمذي والحاكم
Rasulullah Muhammad bersabda, “Sesungguhnya kerasulan dan kenabian itu sudah terputus. Maka tak ada rasul juga tak ada nabi setelahku.”Anas ibn Malik (periwayat hadits) berkata: “Hal itu memberatkan manusia.”Kemudian Rasulullah bersabda: “Tetapi (masih ada) al-mubasyirat.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulallah, apakah maksud al-mubasyirat itu?”Rasulullah menjawab, “Mimpi (yang baik) dari seorang Muslim adalah bagian dari kenabian.” (Hadits riwayat Imam Ahmad, Turmudzi, dan al-Hakim).
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَلْحَقَ قَبَائِلُ مِنْ أُمَّتِي بِالْمُشْرِكِينَ وَحَتَّى يَعْبُدُوا الْأَوْثَانَ وَإِنَّهُ سَيَكُونُ فِي أُمَّتِي ثَلَاثُونَ كَذَّابُونَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّينَ لَا نَبِيَّ بَعْدِي » (سنن الترمذي.
“Rasulullah bersabda “Tidak akan terjadi kiamat hingga beberapa kabilah dari umatku bertemu dengan orang-orang musyrik, dan mereka (kabilah dari umatku) menyembah berhala. Akan ada dari umatku 30 pendusta yang mengaku dirinya Nabi. Aku adalah khataman nabiyyin tiada nabi lagi selepasku.” (HR. at-Tirmidzi)
Hadis-hadis barusan secara lugas menyatakan bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi pamungkas sekaligus punutup para Nabi dan Rasul. Allah mengakhiri pengutusan seorang Nabi dengan terutusnya Nabi Muhammad. (Syarhus-Shậwi Alậ Jauharit-Tauhîd hal. 302). Di antara perkara yang wajib diketahui oleh orang Islam, yaitu mengenali dan mengimani kepada Nabi yang berjumlah 25, sebagaimana yang tersurat di dalam kitab al-Quran. Sementara jumlah semua Nabi dan Rasul itu masih terjadi silang pendapat di kalangan cendikiawan Islam, namun penulis lebih cendrung pada qaul yang mengatakan jumlah semua Nabi itu 124.000 (seratus dua puluh empat ribu), dan jumlah seluruh Rasul 313 (tiga ratus tiga belas). (Tuhfatul-Murîd. Hal 8).
Jadi, pada dasarnya memang kalkulasi seorang Nabi itu sudah ditetapkan dan Allah sudah mengakhiri pengutusan seorang Nabi dan Rasul dengan terutusnya Nabi terakhir, Nabi Muhammad. Sungguh tidak etis sama sekali, jika masih ada di era kini seseorang yang mengaku Nabi setelah mengetahui nas tadi, yakni al-Quran dan hadis nabawi. Ketidaketisan tersebut dapat kita lihat dari segi hal yang dilakukan merupakan tindakan yang menorobos pada nas yang sangat jelas sekali dan termasuk menyalahi pada sesuatu yang bersifat aksiomatis (Ma’lȗm Minaddhîn Bid Dhorȗroh). Sedangkan seorang orang yang menyalahi pada perkara yang bersifat aksiomatis (Ma’lȗm Minaddhîn Bid Dhorȗroh) dan hal yang sudah menjadi konsensus ulama (Ijmậ’ Ulamậ’), maka orang tersebut telah dianggap keluar dari ajaran Islam yang benar. (Tậrekh al-Madzậhib Li Abî Zahrah)
Namun demikian, fenomena ini ternyata sudah pernah disinggung dan ditebak oleh Baginda Nabi dalam hadis riwayat imam Abu Daud:
وَإِنَّهُ سَيَكُونُ فِي أُمَّتِي كَذَّابُونَ ثَلَاثُونَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّينَ لَا نَبِيَّ بَعْدِي
“Sesungguhnya akan datang pada umatku tiga puluh pembohong, semuanya mengaku sebagai nabi, padahal akulah penutup para nabi (khaatam an nabiyyin), tak ada lagi nabi setelahku.” (HR. Abu Daud)
ولا تقومُ الساعةُ حتى يُبْعَثَ دجالونَ كذابونَ، قريبًا من ثلاثينَ، كلُّهم يزعُمُ أنه رسولُ اللهِ “
“Tidak akan terjadi hari Kiamat hingga dibangkitkan ‘dajjal-dajjal’ pendusta yang jumlahnya mendekati tiga puluh, semuanya mengaku bahwa mereka adalah utusan Allah.” (HR Bukhari no 3609).Dari pemaparan dalil-dalil di atas, mengerucutkan pada suatu kesimpulan bahwa tidak ada seorang Nabi yang diutus pasca Nabi Muhammad. Apabila ada seorang yang mengaku Nabi setelah Nabi Muhammad, maka jelas orang tersebut telah berdusta dan sama sekali tidak dapat dibenarkan pengakuannya, bahkan orang tersebut bisa saja dikategorikan orang yang keluar dari ajaran Islam yang benar. Dan hal ini, ternyata sudah pernah disabdakan oleh baginda Nabi bahwa suatu hari nanti akan ada seorang Nabi palsu yang sudah pasti akan kebohongannya. Wallậhu A’lam Bhis-shawậb
Ismail | Annajahsidogiri.id