Pembaca rubrik serial Akidah Awam yang budiman, pembahasan kali ini seputar bait kitab Akidah Awam yang ke tujuh belas. Kata pertama yang tersemat dalam bait ini adalah nama Nabi Luth. Karenanya, penulis akan mengulas tentang sosok Nabi Luth.
Nabi Luth merupakan keponakan yang disayangi Nabi Ibrahim. Secara silsilah ialah Luth bin Haran Bin Tera, yang mana Haran adalah saudara kandung Nabi Ibrahim. Kisah Nabi Luth banyak disebutkan dalam nash Al-Quran, seperti dalam surah Asy-Syuara’, Al-A’raf, dan Al-Ahzab.
Rihlah
Nabi Luth berasal dari Babilonia. Kemudian beliau menemui pamannya (Nabi Ibrahim) dan ikut hijrah bersamanya ke negeri Syam. Perjalanan hijrah mereka tidak hanya berdua, ayah Nabi Ibrahim dan istrinya yang bernama Sarah juga ikut serta dalam perjalanan hijrah. Di separuh perjalanan, sesampainya mereka di daerah Harran, ayah Nabi Ibrahim meninggal dunia dan dimakamkan di sana.
Baca Juga; Nabi Ibrahim; Sang Bapak Monoteisme
Kewafatan ayahanda Nabi Ibrahim tidak menjadi penghalang untuk terus menuntaskan hijrah. Beliau bertiga melanjutkan perjalanannya menuju Syam. Sesampainya di Syam, Nabi Ibrahim dan Nabi Luth berpencar. Nabi Ibrahim bermukim di Palestina, sedangkan Nabi Luth bermukim di Yordania. Akhirnya Nabi Luth mendapatkan wahyu dari Allahﷻ, dan diutus sebagai rasul untuk berdakwah ke suatu wilayah perbatasan antara Israel dan Yordania yang bernama Sodom.
Kaum Sodom merupakan kaum yang mengufuri Allahﷻ. Mereka tidak beriman sedetik pun. Jumlah mereka tidak banyak, bilangan mereka sekitar tiga puluh lebih dan tak sampai empat puluh. seringkali mereka melakukan perilaku buruk. Melakukan perbuatan keji di jalan umum adalah yang lumrah mereka lakukan. Biasanya, mereka menyingkirkan orang yang lewat di jalan, kentut dengan suara keras di tengah jalan, dan melakukan homoseks di tengah jalan. semua mereka lakukan secara serampak. Padahal, di era sebelum kaum Sodom tak pernah ada orang yang melakukan homoseks[1].
Setelah Nabi Luth mengajak mereka untuk menyembah Allah ﷻ, dengan keras kepala mereka tetap kukuh atas kekufurannya. Ajakan Nabi Luth tak sedikitpun menggerakkan hati alot mereka. Bahkan, mereka menentang Nabi Luth untuk membuktikan azab Allah ﷻ yang Nabi Luth jadikan sebagai ancaman kepada mereka atas kekufurannya.
Mukjizat
Salah satu mukjizat Nabi Luth adalah kemampuan membuat kaumnya buta atas kehendak Allahﷻ. Ketika Allahﷻ mengutus sejumlah malaikat untuk mengazab kaum Nabi Luth, malaikat tersebut menyamar sebagai dua sosok lelaki muda yang sangat tampan. Malaikat tersebut bertamu kepada Nabi Luth di kediamannya. Saat itu kaum Sodom mengetahui bahwa ada lelaki tampan yang sedang beristirahat di sana.
Akhirnya malaikat tersebut menjadi incaran kaumnya, dan mereka berbondong-bondong mendatangi tamu dengan maksud jahat (homoseks). Nabi Luth berusaha mencegahnya. Kemudian Allah ﷻ menampakkan kekuasaannya dengan membutakan kaum Nabi Luth.
Dalam kondisi mereka tak dapat melihat, Nabi Luth, tamu, dan keluarga Nabi Luth selain Istri, melarikan diri meninggalkan desa tempat kediaman Nabi Luth.
Baca Juga; Kenabian Nabi Adam
Pada saat Nabi Luth dan keluarganya tampak jauh, Allahﷻ menurunkan azab kepada mereka dengan tiga macam. Pertama, membalikkan tanah bagian atas desa mereka menjadi bagian bawah. Kedua, memekikkan telinga mereka dengan suara keras dari langit. Ketiga, menghujani mereka dengan bebatuan dari tanah yang dibakar[2].
Kerasulan
Sangat jelas dalil mengenai kerasulan Nabi Luth sebagaimana yang tertulis dalam surat Asy-Syuârâ’ ayat 162. Penafsiran ulama dalam ayat tersebut yang menyatakan bahwa Nabi Luth tergolong rasul Allahﷻ, antara lain dalam kitab tafsir ath-Thabarî dan kitab Zahrah at-Tafâsîr.
Selain penjelasan dari kitab tafsir di atas, Kitab Matan Akidah Awam beserta syarahnya juga menyebutkan bahwa Nabi Luth tergolong nabi sekaligus rasul Allah ﷻ. Tidak hanya itu, Syekh Said Ramadhan al-Buthi juga mengategorikan Nabi Luth sebagai nabi sekaligus rasul Allah ﷻ yang wajib di ketahui oleh semua orang secara terperinci. Jadi, semua orang Islam wajib mengetahui nama “Luth” bahwa beliau tergolong Nabi dan Rasul Allahﷻ.
Fakhrul Islam|AnnajahSidogiri.id
[1] An-Naisaburi, Abu Ishaq, Ahmad bin Muhammad, Qasas al-Anbiyâ’, Dâr al-Kutub al-Islâmiyah Beirut Lebanon, cetakan kedua. hlm. 93-97.
[2] Ash-Shobuni, Muhammad Ali, an-Nubuwah wa al-Anbiyâ’, Dâr al-Qalam Damaskus, cetakan keempat, hlm. 315.































































