Jauh sebelum Hari Kemerdekaan tiba, masyarakat Indonesia sudah begitu antusias menyambutnya. Kenyataan ini bisa kita lihat dari berbagai agenda-agenda acara yang akan digelar pada tanggal 17 Agustus tersebut, mulai dari persiapan upacara pengibaran Bendera Merah Putih, persiapan karnaval tujuh belasan dengan tema yang beragam di setiap daerah dan berbagai macam perlombaan seperti panjat pinang, makan kerupuk, dan berbagai jenis lomba lainnya, ada pula yang menggelar acara istighâtsah dalam rangka mendoakan pejuang-pejuang kemerdekaan yang gugur dalam medan perang karena membela negara. Sekian banyak perayaan itu digelar untuk menyukuri kemerdekan yang diperoleh dengan berdarah-darah dan sebagai bentuk cinta Tanah Air. Sebuah tujuan yang mulia dan positif, karena sudah menjadi keharusan bagi penduduk suatu negara untuk mencintai negaranya.
Sahabat Umar bin al-Khathab berkata:
لَوْلَا حُبُّ الْوَطَنِ لَخَرَبَ بَلَدُ السُّوءِ فَبِحُبِّ الْوَطَنِ عُمِّرَتِ الْبُلْدَانُ
Tanpa cinta tanah air, niscaya negara hancur akan semakin terpuruk. Maka dengan cinta tanah air sebuah negara akan menjadi maju.
Namun, perlu kita sadari bersama, bahwa untuk mengekspresikan kecintaan kepada Tanah Air tidaklah harus menunggu momen-momen tertentu seperti 17 Agustus. Cinta Tanah Air harus digelorakan setiap saat, setiap ingin melakukan apapun dari sekian aspek kehidupan, baik yang berkaitan dengan politik, sosial ataupun agama. Jadikan apapun yang kita kerjakan sebagai bentuk cinta Tanah Air.
Contoh kecilnya seperti menjalin hubungan baik dengan tetangga. Sebab, adanya komunikasi yang baik antar tetangga akan menciptakan lingkungan yang rukun dan damai. Kemudian, menjadi pemimpin negara yang adil, tanpa tebang pilih serta tidak korup juga termasuk bagian cinta Tanah Air. Karena dengannya, akan tercipta kondisi warga negara yang makmur dan sejahtera. Di antaranya lagi ialah menyekolahkan anak di lembaga pendidikan. Hal tersebut juga termasuk cinta Tanah Air, karena hal tersebut akan membangun generasi-generasi bangsa yang berilmu dan berwawasan. Dan masih banyak hal lain yang termasuk dari cinta Tanah Air.
Dalil Cinta Tanah Air
Adapun dalil-dalil mengenai cinta Tanah Air dalam al-Quran antara lain adalah firman Allah Swt pada surah al-Qashash ayat 85 berikut:
إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَىٰ مَعَادٍ
Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) al-Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. (Al-Qashas: 85)
Menurut ulama Tafsir, ayat di atas merupakan salah satu dalil cinta Tanah Air. Hal ini bisa kita lihat dari sababun-nuzûl ayat tersebut. Diriwayatkan dari Imam al-Muqatil, beliau berkata: Ketika Nabi Muhammad Saw keluar dari tempat persembunyiannya, beliau melewati jalan yang tidak bisa dilewati orang lain. Beliau khawatir jika keberadaannya diketahui oleh kafir Quraisy yang sedang mencarinya. Setelah situasi sudah aman, beliau kembali melewati jalan biasa. Lalu beliau istirahat di Juhfah, yaitu suatu tempat yang terletak antara Makah dan Madinah. Di tempat inilah Nabi Muhammad Saw merasakan rindu mendalam pada tanah kelahirannya. Lalu turunlah Malaikat jibril seraya berkata kepada Nabi Muhammad: “Apakah engkau rindu pada negaramu, tanah kelahiranmu?”. Nabi Muhammad menjawab: “Ya, betul saya rindu”. Jibril berkata: Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) al-Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali.
Apa yang disampaikan Imam al-Muqatil diatas senada dengan komentar Imam Fakhruddin ar-Razi dalam kitabnya, Mafâtîhul-Ghaib, sebagai berikut:
….فَنَزَلَ جِبْرِيلُ عَلَيْه السَّلَامُ وَقَالَ: تَشْتَاقُ إِلَى بَلَدِكَ وَمَوْلِدِكَ ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ نَعَمْ . فَقَالَ جِبْرِيلُ فَإِنَّ اللَّهَ يَقُولُ “إِنَّ الَّذِى فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْأَنَ لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ”.
….Lalu turunlah malaikat Jibril dan berkata: “Engkau merindukan negara dan tempat kelahiranmu”, maka Nabi Muhammad berkata: “Ya”. Jibril berkata,” Sesunnguhnya Allah berfirman “Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) al- Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat Kembali”.
Di antara hadist yang menerangkan tentang cinta Tanah Air adalah riwayat dari Imam adh-Dhahhak berikut:
عَنْ الضَّحَّاكِ قَالَ: لَمَّا خَرَجَ النَّبِيُّ ﷺ مِنْ مَكَّةَ فَبَلَغَ الْجُحْفَةَ إِشْتَاقَ الَى مَكَّةَ فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عَلَيْهِ الْقُرْأَنَ. “لِرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ” أَىْ إِلَى مَكَّةَ
Diriwayatkan dari adh-Dhahhak beliau berkata: Saat Rasulullah Saw keluar dari Makah, lalu beliau sampai di Juhfah, beliau merindukan kota kelahirannya, Makah. Kemudian Allah Swt menurunkan al-Quran berupa ayat “benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali.” Yakni Makah.
Baca Juga: Islam pun Mengajarkan Cinta Tanah Air
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari juz 3 hlm. 23 yang berbunyi:
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، «أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ، فَنَظَرَ إِلَى جُدُرَاتِ المَدِينَةِ، أَوْضَعَ رَاحِلَتَهُ وَإِنْ كَانَ عَلَى دَابَّةٍ حَرَّكَهَا مِنْ حُبِّهَا»
Dari sahabat Anas radliyallahu ‘anhu,” Ketika Rasulullah hendak datang dari bepergian, beliau mempercepat jalannya kendaraan yang ditunggangi setelah melihat dinding kota Madinah. Bahkan beliau sampai menggerak-gerakan tunggangannya tersebut. Semua itu sebagai bentuk kecintaan beliau terhadap tanah airnya. (HR. Al- Bukhari)
Al-Hafidh Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam kitab Fathul-Bârî juz 3, hal.705 menjelaskan bahwa, hadis tersebut menunjukan keutamaan Madinah dan anjuran untuk mencintai tanah air serta merindukannya.
Dari penjelasan di atas, mari kita belajar bersama untuk mencintai Tanah Air. Kita rawat bersama seluruh yang ada di dalamnya. Jangan sampai ada perselisihan, konflik dan tindakan kriminal di antara penduduknya. Kita doakan bersama semoga Bumi Pertiwi ini menjadi bumi yang makmur, sejahtera, tentram serta aman sentosa. Âmîn Allâhumma âmîn.
Syaiful Arif | annajahsidogiri.id