Dalam al-Qur’an Allah telah menginformasikan bahwa setiap muslim yang taat serta beramal baik akan mendapat balasan baik pula misal pahala atau masuk surga. Sebaliknya, muslim yang ahli berbuat dosa atau maksiat akan mendapat balasan siksa atau masuk neraka. Berbeda dengan kasus kita kali ini, muslim taat akan Allah siksa, sedangkan ahli maksiat akan diberi pahala atau masuk surga. Mungkinkah hal tersebut bagi Allah? Berikut kami lampirkan ulasan singkatnya.
Pada hakikatnya segala amal manusia, baik atau buruk, adalah ciptaan Allah ﷻ. Hal ini sebagaimana penjelasan surah as-Shaffat ayat 96:
وَاللّٰهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُوْنَ
“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.”
Imam as-Suyuthi dalam kitab al–Iklil fi Istinbati at-Tanzil, mengatakan bahwa ayat tersebut menjadi dalil bahwa segala amal perbuatan manusia, hakikatnya adalah ciptaan Allah ﷻ semata. Di samping itu, banyak atau sedikit amal seorang hamba yang dipersembahkan untuk Allah ﷻ, sama sekali tidak menambah sedikitpun kemuliaan Allah ﷻ. Sebab, Allah Maha Sempurna. Tidak butuh pada sesuatu selain-Nya. Jika Allah masih butuh kepada selain-Nya, berarti kesempurnaan Allah butuh kepada sesuatu. Jika demikian berati Allah lemah. Hal itu mustahil bagi Allah.
Oleh karena manusia sama sekali tidak memiliki peran atau andil dalam menciptakan perbuatannya serta amal perbuatannya itu tidak akan menambah sedikit pun kesempurnaan Allah ﷻ, sebab Allah Maha Sempurna, maka mungkin saja secara akal bagi Allah untuk memasukkan seorang muslim yang taat ke dalam neraka, sedang seorang yang ahli maksiat ke dalam surga. Hak prioritas masuk surga atau neraka tak lain dan tak bukan murni merupakan fadhal dari Allah ﷻ.
Baca juga: Surga Nabi Adam
Sebagai argumentasi penunjang, penulis coba memberikan logika berfikir bahwa Allah mungkin saja berlaku baik kepada pelaku maksiat;
Pertama, semua amal baik yang kita lakukan tidak cukup mensyukuri secuil dari sekian banyak nikmat yang Allah berikan kepada kita. Jadi, bagaimana mungkin kita berhak mengharap balasan dari apa yang kita lakukan.
Kedua, jika memang kita masuk surga atau neraka karena amal kita, maka seorang yang sepanjang umurnya beramal shaleh, tetapi pada akhir hayatnya kafir, seharusnya lebih berhak masuk surga daripada orang yang seumur hidupnya melakukan maksiat atau kafir, tetapi pada akhir usia bertobat atau beriman.
Ketiga, perkerjaan Allah tidak berdasarkan suatu illat atau alasan apapun. Sebab jika Allah masih butuh alasan dalam perkerjaan-Nya maka Allah butuh pada sesuatu yang lain berupa illat. Padahal Allah berdiri dengan sendiri-Nya, tidak butuh pada yang lain. Begitu juga dengan pekerjaan Allah berupa memberikan pahala atau memasukkan muslim yang taat ke dalam surga dan pelaku maksiat ke neraka, bukan karena amal yang ia lakukan melainkan murni anugerah dari-Nya. Sehingga secara akal boleh-boleh saja bagi Allah menjadikan ahli ibadah masuk neraka sedangkan ahli maksiat masuk surga. Namun demikian, secara syarak tidak mungkin bagi-Nya melakukan demikian, sebab Allah Maha Adil. Maka orang yang ahli taat akan dibalas pahala atau surga. Sedangkan ahli maksiat akan mendapat siksa atau masuk neraka. Wallahu A’lam.
Abd. Jalil | Annajahsidogiri.id