Kristiani, ”Keselamatan dalam Islam hanya Insyaallah. Tidak ada kepastian. Beda dengan kami yang sudah pasti selamat karena Yesus telah menebus dosa kami.”
Muslim: Sebetulnya, kami yakin bahwa Anda belum mengenal Islam secara sempurna, sehingga kesimpulan yang Anda sampaikan tidak tepat. Mari kita bahas. Pertama, Allah SWT telah memberi jaminan dalam al-Qur’an bahwa orang yang beriman dan menjalankan ajaran yang dibawa oleh baginda Nabi Muhammad SAW pasti akan selamat. Seperti di dalam surah an-Nisa’ 115;
وَمَنْ يُّشَاقِقِ الرَّسُوْلَ مِنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدٰى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيْلِ الْمُؤْمِنِيْنَ نُوَلِّهٖ مَا تَوَلّٰى وَنُصْلِهٖ جَهَنَّمَۗ وَسَاۤءَتْ مَصِيْرًاࣖ ١١٥
Artinya, “Dan barangsiapa menentang Rasul (Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan Kami masukkan dia ke dalam neraka Jahanam, dan itu seburuk-buruk tempat kembali.”
Masih banyak ayat al-Qur’an yang memerintahkan umat Islam untuk taat kepada beliau, hingga keselamatan pasti akan ia dapatkan.
Baca Juga: Batas Antara Iman Dan Kafir
Kedua, seorang muslim mengucapkan Insyaallah, tidak lain karena mengikuti perintah Allah. Seperti keterangan surah al Kahfi :23-24;
وَلَا تَقُوۡلَنَّ لِشَاىۡءٍ اِنِّىۡ فَاعِلٌ ذٰ لِكَ غَدًا ۙ اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ اللّٰهُ
Artinya “Dan janganlah engkau mengatakan tentang sesuatu, ‘Aku akan melakukannya besok.’ Kecuali jika Allah menghendaki atau mengucapkan insyaallah.”
Ini menunjukkan bahwa umat Islam mengerti terkait sifat jaiz bagi Allah, yaitu Allah berhak melakukan perkara yang mungkin terjadi atau meninggalkannya, dan bahwa pada hakikatnya Allah-lah yang benar-benar menentukan suatu keselamatan ataupun hal lain. Tidak ada daya dan upaya melainkan hanya mengharap pertolongan-Nya. Kendati demikian, aturan jawaban di poin pertama tetap berlaku. Karena mengikuti Nabi Muhammad-lah barometer yang telah Allah tetapkan agar umat Islam selamat.
Ketiga, Allah SWT telah berfirman beberapa kali dalam al-Qur’an bahwa seorang hamba tak akan dizalimi sedikitpun dari amal yang ia kerjakan serta Allah tak akan pernah mengingkari janji-Nya. Oleh karena itu, sikap yang benar bagi seorang hamba seharusnya tetap mempertimbangkan sifat jaiz Allah dengan tetap menyerahkan kepada pemilik hak keselamatan itu sebagai kaedah dalam ketauhidan dan istikamah menjalankan perintah-Nya dengan cara patuh pada Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah untuk umat semesta alam.
Komparasi
Konsep keselamatan dalam Bibel justru tidak beraturan dan terkesan saling bertentangan. Pertama, misalnya jika kita baca di dalam 1 korintus 5 : 5,
“Orang itu harus kita serahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada Iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan.”
Ada yang aneh? Jelas ada. Dalam ayat itu jelas sekali bahwa syarat seseorang bisa mendapatkan keselamatan pada hari Tuhan dengan cara diserahkan dahulu kepada Iblis. Walhasil, Iblis pun memiliki hak menyelamatkan. Karena tanpa wasilah Iblis maka tak ada keselamatan pada hari Tuhan. Padahal di konsep awal, hanya Yesus sang penyelamat. Ternyata Yesus pun tak mampu, buktinya masih butuh kepada Iblis agar bisa diselamatkan di hari Tuhan.
Kedua, jika kita bertanya kepada beberapa orang kristen terkait keadaan bayi yang baru lahir lalu langsung meninggal sebelum dibaptis? Pasti akan ada banyak jawaban yang berbeda. Ada yang menjawab pasti neraka. Karena si bayi masih membawa dosa waris. Padahal konsep dosa waris pun tak ada dasar ayatnya dalam Bibel. Jawaban kedua biasanya mengarah kepada selamat karena si bayi masih suci, masalah dosa waris biar Tuhan yang menentukan di akhirat, kata orang kristen. Jawaban kedua ini sangat ambigu karena bertentangan dengan Markus 16:16, “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.”
Adapun si bayi belum bisa percaya karena akalnya belum sempurna dan belum dibabtis juga. Jika doktrin Kristen tidak mampu menyelesaikan permasalahan keselamatan bayi yang baru lahir. Apakah masih yakin bahwa Kristen itu menjamin sepenuhnya tentang keselamatan manusia?
M. Fuad Abd. Wafi | annajahsidogiri.id