Dalam memilih idola kita tidak boleh tergesa-gesa. Salah satu cara ampuh yang dapat dijadikan bekal untuk menyeleksi calon idola adalah dengan cara meng-interview nurani kita masing-masing. Semisal dengan mengajukan pertanyaan, apakah idola yang kita pilih kelakuannya sudah selaras dengan tuntunan syariat? Akankah tutur katanya bisa menjadi pengingat saat diri kita terkubur lemas dalam kubangan maksiat? Apakah kepribadiannya bisa menggugah hati kita untuk tambah giat berbuat taat? Pertanyaan-pertanyaan lain yang bisa membantu, agar pilihan yang kita buat benar-benar tepat dan akurat. Karena jika sudah kadung keliru menentukan pilihan, kita tidak akan bisa berbuat apa-apa kecuali merayakan penyesalan!
Sayangnya, fakta yang terlihat di lapangan benar-benar memilukan, tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Remaja kita gagal dalam menjatuhkan pilihan idolanya. Wabilkhusus kaum hawa yang hatinya masih baperan, ilmu agamanya kurang mendalam, dan nilai spritualnya masih rendah. Karena memang kebanyakan wanita zaman sekarang lebih suka menelan hal yang terlihat mata dibanding mendengarkan bisikan hati dan nasihat jiwa.
Penting kiranya kita membahas bagaimana sebenarnya ulama menghukumi seorang muslim yang menjatuhkan idolanya kepada non-muslim. Besar harapan semoga keterangan para ulama ini bisa menjelma embun pagi yang dapat menyejukkan dan menentramkan hati. Juga, bisa menjadi pengingat sekaligus penasihat agar jiwa kita kembali ke titian yang tepat. Mari kita simak beberapa penjelasan ulama terkait seorang muslim yang menjatuhkan idolanya kepada orang kafir.
Terekam jelas dalam kitab al-Iqna’ fi Halli Alfadzi Abi Syuja’, karya Syekh Muhammad bin Ahmad asy-Syirbini bahwa haram bagi seorang muslim mencintai orang kafir. Dasar yang dijadikan pijakan oleh Syekh Muhammad bin Ahmad asy-Syirbini adalah ayat ke 22 dari surah Al-Mujadalah;
المجادلة: ٢٢] {لا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ} وَتَحْرُمُ مَوَدَّةُ الْكَافِر لِقَوْلِهِ تَعَالَى
“Haram hukumnya mencintai orang kafir berdasarkan firman Allah SWT, “Engkau (Muhammad) tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya”. (Q.S Al-Mujadalah: 22)
Dari apa yang dituturkan oleh Syekh Muhammad bin Ahmad asy-Syirbini barusan, sudah sangat jelas bahwa kita diharamkan mencintai orang kafir. Sedangkan menobatkan orang kafir sebagai idola, adalah akses paling utama yang dapat membawa hati kita melayang untuk berbagi cinta dengan mereka. Seorang mukmin sejati tidak akan rela memetakkan hatinya kepada orang kafir. Mengapa? sebab iman dan kafir adalah dua arah berlawanan yang sampai kapan pun tidak akan pernah bisa dikawinkan. Iman dan kafir adalah barat dan timur yang tak akan pernah bertemu, seperti api dan air yang tak akan pernah mau menyatu. Bersambung…
M. Ilwa Nafis Sadad | annajahsidogiri.id