Diskusi mengenai iman dan Islam sudah terjadi sejak dahulu, ada yang mencetuskan iman dan Islam itu ibarat sepasang pasutri yang tak bisa mandiri sendiri, ada juga yang menyatakan iman dan Islam itu bertolak belakang, sehingga tidak ada sangkut pautnya.
Oleh karena itu, untuk mengenal lebih mudah tentang iman dan Islam dari sekian banyaknya pemaparan yang ulama kemukakan, K.H. Qoimuddin menyimpulkan dalam kitab beliau yang bertajuk Minhâtul-Hâmid Syarhu Jauharatit–Tauhîd (hlm. 47). Namun, untuk menjelaskan secara perinci di sini tidak memungkinkan. Berikut kesimpulannya;
Pertama, iman dan Islam berbeda jika menilik pada hakikatnya, karena iman adalah membenarkan dan meyakini secara internal (dalam hati). Sedangkan Islam adalah melaksanakan dan mengikuti perintah-perintah zahir.
Kedua, jika meninjau pada Afrâd (bagian-bagian) yang dicakup oleh iman dan Islam, maka keduanya juga berbeda, karena iman adalah Tasdiq (membenarkan), seperti membenarkan Allah ﷻ itu wujud. Sementara Islam adalah pelaksanaannya, seperti melaksanakan shalat dan puasa. Peninjauan yang kedua ini berdasarkan firman Allah ﷻ berikut:
قَالَتِ الْاَعْرَابُ اٰمَنَّا ۗ قُلْ لَّمْ تُؤْمِنُوْا وَلٰكِنْ قُوْلُوْٓا اَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْاِيْمَانُ فِيْ قُلُوْبِكُمْ ۗ
“Orang-orang Arab Badui berkata, “Kami telah beriman.” Katakanlah (kepada mereka), “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah, ‘Kami baru berislam’ karena Iman (yang sebenarnya) belum masuk ke dalam hatimu.” (QS. Al-Hujurât [49]: 14)
Baca Juga : Korelasi Iman dan Islam
Ketiga, iman dan Islam itu Talâzum syar’ân (berkaitan secara syarak), karena iman tidak diterima kecuali disertai Islam. Islam juga tidak diterima kecuali bersanding dengan iman. Jadi, orang mukmin itu adalah orang Islam, begitupun sebaliknya. Hal ini bersumber dari al-Qur’an demikian:
فَاَخْرَجْنَا مَنْ كَانَ فِيْهَا مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَۚ فَمَا وَجَدْنَا فِيْهَا غَيْرَ بَيْتٍ مِّنَ الْمُسْلِمِيْنَۚ
“Kami mengeluarkan orang-orang mukmin yang berada di dalamnya (negeri kaum Nabi Luth). Kami tidak mendapati di dalamnya, kecuali sebuah rumah dari orang-orang Muslim (Nabi Luth dan keluarganya).” (QS. Az-Zariyyat [51]: 35-36)
Keempat, berdasarkan umum dan khususnya, maka iman dan Islam memiliki sudut pandang yang berbeda. Satu sisi iman lebih umum, di sisi lain Islam lebih umum. Islam lebih umum daripada iman karena mencakup pada orang munafik. Mereka menjalankan hukum Islam, tetapi tidak beriman kepada Nabi Muhammad ﷺ. Sedangkan iman lebih umum daripada Islam karena kaum Yahudi dan Nasrani termasuk bagian dari orang yang beriman. Sebab, mereka membenarkan terutusnya Nabi Muhammad ﷺ, tapi menolak untuk menjalankan syariatnya.
Dengan demikian, bisa diambil kesimpulan bahwa jika iman diperhatikan dari tiga sisi, yaitu hakikat, Afrad (bagian-bagian) serta umum khususnya maka iman dan Islam itu berbeda (orang mukmin belum tentu muslim, dan muslim belum tentu mukmin). Namun, jika dihadapkan pada talazum-nya(selalu bersama) maka iman dan Islam tidak berbeda (orang muslim sekaligus mukmin). Wallâhu a’lam.
Aris Daniyal | Annajahsidogiri.id