Penulis pernah bertanya-tanya, mungkinkah pada zaman sekarang ada seseorang yang bisa berjumpa Nabi dalam keadaan sadar? Padahal kenyataannya Nabi telah wafat. Jika dikatakan seseorang bermimpi Nabi, maka bisa dimaklumi. Namun jika ada yang bersaksi bahwa pernah berjumpa Nabi dalam keadaan sadar, apakah hal itu masih bisa terjadi?
Al-Imam as-Suyuthi dalam kitab Tanwîrul-Halak fî Imkâni Ru’yatin-Nabi wal-Malak memberi jawaban atas pertanyaan tersebut. Beliau menegaskan bahwa mungkin saja seseorang menjumpai Nabi dalam keadaan sadar. Berdasarkan hadis yang berbunyi;
“Barang siapa bermimpi melihatku maka ia akan melihatku dalam keadaan sadar. Sedangkan setan tak akan mampu menyerupaiku.” (HR. Imam al-Bukhari dan Imam Muslim)
Pernyataan Imam Jalaluddin as-Suyuthi tersebut, sebenarnya sudah bisa menjadi pegangan untuk menjawab pertanyaan ini. Namun untuk memperkuat dalil, penulis akan memaparkan hadis yang menerangkan bahwa shahabat pun pernah bertemu Nabi dalam keadaan sadar, padahal ketika itu Nabi telah wafat.
Hadis Pertama
Hadis pertama, tentang perjumpaan Sayidina Usman dengan Nabi:
“Abdullah bin Salam berkata, ‘Aku mendatangi saudaraku, Usman untuk menyampaikan salam padanya. Saat itu, ia dalam keadaan terkepung oleh pemberontak. Sayidina Usman berkata, ‘Hai saudaraku, semalam aku melihat Rasulullah dari jendela ini. Lantas Nabi bertanya padaku, ‘Hai Usman, apakah mereka (para pemberontak) mengepungmu?’ ‘Iya’, jawabku. Nabi bertanya lagi, ‘Apakah mereka membuatmu kehausan?’ ‘Iya’, jawabku sekali lagi. Lalu Nabi mengulurkan timba berisi air padaku. Akupun meminumnya hingga merasa segar. Sampai-sampai aku merasakan dinginnya air itu pada dadaku. Selanjutnya Nabi berkata kepadaku, ‘Bila engkau mau, engkau akan ditolong untuk melawan mereka. Atau bila engkau mau, engkau berbuka bersama kami (di alam barzakh)’. Dan aku memilih untuk berbuka bersama mereka. Ternyata, Sayidina Usman terbunuh pada hari itu.” (HR. Ibnu Katsir dalam kitab al-Bidâyah wan-Nihâyah)
Tampak pada hadis di atas, Sayidina Usman dihadiri oleh Nabi di malam hari dalam keadaan sadar. Padahal kejadian tersebut terjadi di masa kekhalifahan Sayidina Usman, yakni sekitar 25 tahun setelah wafatnya Nabi.
Hadis Kedua
Selanjutnya, hadis kedua tentang perjumpaan Sayidina Dhamrah bin Tsa’labah dengan Nabi:
“Suatu ketika Abdullah bin Tsa’labah mendatangi Nabi dan berkata, ‘Doakan aku agar mati syahid’. Lalu Nabi berkata, ‘Ya Allah, sesungguhnya aku melindungi darah Ibnu Tsa’labah dari orang-orang musyrik dan kafir’. Dhamrah bin Tsa’labah berkata, ‘Tak jarang aku berperang melawan musuh sendirian, akan tetapi Nabi selalu menampakkan dirinya kepadaku di belakang mereka.’ Hal itu membuat teman-teman Ibnu Tsa’labah keheranan dan bertanya, ‘Bukankah engkau menyerang mereka sendirian?’ Ia menjawab, ‘Sesungguhnya Nabi selalu menampakkan dirinya padaku di belakang para musuh. Lalu aku menyerang mereka sehingga aku berdiri di sisi Nabi”.
Hadis kedua ini bercerita tentang kejadian yang dialami langsung oleh Dhamrah. Tiap kali ia menyerang musuh sendirian, Nabi pasti menampakkan dirinya pada Dhamrah. Padahal ketika itu, Nabi sudah wafat. Dengan keberadaan hadis kedua ini, semakin kuatlah dalil bahwasannya, mungkin bertemu dengan Nabi secara langsung di era kini.
Namun perlu digaris bawahi sebelumnya, tak semua orang mendapat keistimewaan bisa bertemu Nabi secara langsung. Pastinya, hanya orang-orang yang dekat dengan beliau yang diberi keistimewaan seperti demikian.
Ghazali | Annajahsidogiri.id