Sudah termasuk pengetahuan umum bahwa dalam misi menghancurkan Islam, kaum Liberal sangatlah getol menyuarakan pendapatnya melalui pendekatan akal. Sehingga setiap suatu ajaran agama yang tidak rasional maka mereka tidak akan menerimanya dan akan melakukan penolakan. Mereka berdalih bahwa dengan pendekatan akal inilah yang akan mengeluarkan umat Islam dalam kekakuan berfikir. Dari konsep itulah munculah beberapa ide pemikiran yang sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Termasuk ciri hasil pemikiran kaum Liberal adalah paham Relativisme. Dalam sejarahnya Relativisme adalah sebuah doktrin yang muncul dari Protagoras, seorang Sofis yang berprinsip bahwa manusia adalah ukuran segala sesuatu.
Relativisme biasanya didefinisikan sebagai ”the doctrine that knowledge, truth, and morality exist in relation to culture, society, or historical context, and are not absolute.” (Relativisme adalah doktrin dimana ilmu, kebenaran, dan moralitas yang berlaku selalu terkait dengan budaya, sosial, dan konteks sejarah, dan tidak bersifat absolut). Dengan kata lain Relativisme adalah sebuah doktrin di mana di dalamnya tidak meyakini adanya kebenaran secara absolut, dan menganggap bahwa kebenaran adalah relatif.
Baca Juga: Antara Liberal, Muktazilah dan Iblis
Oleh karena itu, jika terdapat sesuatu yang dikatakan benar oleh suatu kelopok, maka hal itu tidak berlaku pada kelompok lain yang menganggapnya salah. Islam dikatakan agama yang benar hanya berlaku pada umat Islam saja. Begitu pula sebaiknya, kebenaran Kristen juga hanya berlaku bagi umat Kristen saja. Dari sinilah penganut paham Relativisme melarang umat Islam mengakui agama Islam sebagai agama satu-satunya yang benar karena kebenaran adalah sesuatu yang bersifat relatif.
Maka, ujung dari pemahaman relativisme ini adalah sikap apatis terhadap kebenaran. Sikap bebal, sikap masa bodoh. Tidak peduli mana iman dan mana kufur, mana tauhid dan mana syirik. Tidak peduli mana haq dan mana bathil. Juga tidak peduli mana halal dan mana haram. Mana baik dan mana buruk. Manusia seperti ini tidak mungkin bisa diajak untuk beramar ma’ruf dan nahi munkar. Sebab, dia akan menyatakan, bahwa “Hanya Allah yang tahu kebenaran.”
Padahal, Islam sendiri secara gamblang menolak pemikiran kaum Relativisme. Islam telah menetapkan bahwa kebenaran bisa diketahui secara pasti dan bersifat absolut dengan pelantara dan sumber yang pasti. Imam Najmuddin an-Nasafi menolak keras paham Relativisme yang dibawa oleh kalangan Sofis dengan mengatakan bahwa hakikat kebenaran itu bersifat pasti dan absolut. Demikian itu dapat diketahui dengan 3 sarana yaitu: Pacaindra(mata, telinga, hidung, tangan, lidah), informasi yang benar (khabar mutawatir dan khabar para rasul) dan akal (daruri dan iktisabi).
Adalah sangat fatal jika seseorang sampai menyatakan, bahwa “saya tidak tahu kebenaran” dan “saya tidak tahu dia sesat atau tidak”. Sebab, seorang Muslim setiap hari berdoa: “Ya Allah Tunjukkanlah aku jalan yang lurus.
Yaitu jalannya orang-orang yang Engkau beri kenikmatan, dan bukannya jalan orang-orang yang Engkau murkai dan bukan pula jalannya orang-orang yang tersesat!”
Banyak juga yang berdoa: “Ya Allah tunjukkanlah kepada kami bahwa yang benar itu benar dan berikanlah kemampuan kepada kami untuk mengikutinya; dan tunjukkanlah kepada kami bahwa yang bathil itu bathil dan berinkanlah kemampuan kepada kami untuk menjauhinya.”
Jika seorang berdoa seperti itu, bukankah sangat aneh, jika kemudian dia mengatakan bahwa “yang tahu kebenaran hanya Allah!” lalu, untuk apa dia berdoa? Untuk apa dia diberi akal untuk mengerti mana yang benar dan mana yang salah. Untuk apa Allah menurunkan wahyu yang salah satu fungsinya adalah sebagai “al-Furqan” yang membedakan mana yang benar dan mana yang salah? Jika manusia tidak dapat memahami kebenaran, lalu untuk apa Allah memerintahkan agar manusia mengajak manusia kepada jalan Allah? (QS 16:125).
Maka dari sinilah dapat diketahui bahwa tujuan kaum Liberal membuat paham Relativisme adalah untuk menyesatkan dan memudarkan Iman umat Islam dengan paham mereka yang melarang mereka untuk meyakini kebenaran dari agama mereka sendiri. Jelas paham ini sangatlah bahaya dan akan menyebabkan rapuhnya iman seseorang terhadap Islam sendiri yang hal itu sangatlah bertentangan dengan ajaran Islam. Padahal Allah telah menetapkan bahwa Islamlah agama yang benar dan barang siapa yang meyakini kebenaran agama lain selain Islam maka orang itu termasuk orang yang rugi dalam akhirat. Allah berfirman:
إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِن بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
“Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab, kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” [Ali ‘Imran: 19]
وَمَن يَبۡتَغِ غَيۡرَ ٱلۡإِسۡلَٰمِ دِينٗا فَلَن يُقۡبَلَ مِنۡهُ وَهُوَ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.
Nuris Syamsi Sifyan|AnnajahSidogiri.id