Di antara sekian banyak pemali yang berkembang di masyarakat, kali ini pemali menabrak kucing menarik untuk kita bahas. Konon, jika seseorang menabrak seekor kucing, maka kepercayaan yang mengakar di masyarakat menyatakan bahwa sang pelaku bakal mendapat nasib sial, baik akan bernasib serupa dengan si kucing atau model petaka-petaka yang lain. Oleh karena itu, bagaimana worldview atau pandangan al-Qur’an dalam menyikapi kepercayaan-kepercayaan yang tidak memiliki dasar seperti ini? Allah ﷻ berfirman dalam surah al-Hadid ayat 22:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
“Tiada suatu bencana yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul-Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah ﷻ” (QS. al-Hadid [57]: 22).
Baca Juga : Menyikapi Mitos; Etiket dalam Sabab-Musabab Mitos
Syekh Mutawalli asy-Sya’rawi mengurai kata “musibah” sebagi peristiwa yang mengakibatkan manusia keluar dari zona nikmat. Dalam kitab tafsir Sirâjul-Munîr fil I’ânah ‘Alâ Makrifati Ba’di Ma’âni Kalâmi Rabbinâ al-Hakîm al-Khabîr, Imam asy-Syarbini secara tegas menyatakan bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini murni takdir Allah ﷻ yang telah diketok palu di Lauhul Mahfuzh.
Pendapat ini juga didukung oleh Imam Fakhruddin ar-Razi dalam kitab Tafsir Mafâtihul-Ghaib-nya dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi dalam kitab Ad-Durr al-Mantsûr. Selain Allah ﷻ, tidak ada yang bisa mendatangkan musibah atau malapetaka sekalipun. Hal ini dikarenakan musibah merupakan qada dan qadar Allah ﷻ, bukan dari fenomena pemali atau kejadian aneh yang terjadi di kalangan masyarakat akar rumput.
Asy-Sya’rawi juga berpesan bahwa serangkaian musibah yang menimpa dalam diri manusia, seperti sakit, fakir, kehilangan anak. Juga, sempitnya ekonomi dan musibah yang melanda di bumi, seperti paceklik hujan, kekurangan sandang-pangan dan mencekiknya kebutuhan hidup, semua menjadi bukti rahmat Allah ﷻ yang ditujukan kepada hamba-Nya yang beriman. Sebab di balik musibah, ada hadiah pahala dan kafarat dosa bagi mereka yang sabar dan ikhlas menjalani ujian-Nya.
Oleh karena itu, pemali model apapun, termasuk menabrak kucing tidak dapat dibenarkan. Sebab musibah yang menimpa kepada siapa saja tidak ada kaitannya dengan sebuah peristiwa atau hal-hal tabu yang tidak boleh dilanggar. Allah ﷻ yang mengatur segala apa yang terjadi di bumi dan di langit. qada dan qadar Allah ﷻ yang berlaku, bukan mitos ataupun pemali yang tidak memiliki dasar tertentu.
Ali Abdillah | Tauiyah