Resensi Buku Bahaya aliran kebatinan
Banyaknya aliran sesat di sekitar kita sudah bukan hal yang tabu lagi. Realita yang kita hadapi ini merupakan bukti atas kebenaran sabda Nabi tentang terpecahnya umat Islam menjadi 73 golongan. Istilah Ahlusunah wal Jamaah pun muncul sebagai satu-satunya golongan yang selamat kelak di akhirat.
Menegnai banyaknya perpecahan dalam tubuh Islam ini, ada satu buku yang membahas tuntas tentang kesesatan salah satu dari 73 golongan. Buku ini berjudul “Bahaya aliran kebatinan”. Secara global, pembahasan dalam buku ini dibagi menjadi enam bagian.
Pada bagian pertama, penulis sedikit menjelaskan bahwa sebenarnya aliran kebatinan memiliki prinsip dan persepsi yang keliru dalam aspek-aspek kehidupan. Hal ini dapat dilihat dari cara pandang mereka yang hanya melalui satu sisi dan mengabaikan sisi yang lain. Problematika ini pun menjadi alasan mengapa ajaran kebatinan tidak bisa kukuh dan membumi. Meski begitu, aliran ini telah mengalami perpecahan sejak kemunculannya sekitar abad ketiga Hijriyah yang difaktori oleh ajaran dan kebiasaan pengikutnya yang cenderung berbeda-beda.
Pada bagian kedua, penulis mengungkapkan perkembangan Bathiniyah dalam dakwahnya. Penyebaran yang mereka lakukan kadang kali dengan cara yang halus dan kadang pula dengan menghunuskan pedang. Cara penyebaran yang mereka miliki terbilang sistematis, tidak asal-asalan dan sukses. Keberhasilan ini didapatkan dengan at-tafarrus, suatu metode pemilihan dai yang mereka ciptakan sendiri. Tak hanya itu, penulis menyebutkan setidaknya mereka memiliki 9 metode dakwah yang dilakukan secara bertahap.
Baca Juga: Kumpulan Dalil-dalil Amaliah
Pada bagian ketiga, penulis menjelaskna akidah dan ajaran kebatinan. Penulis menyebutkan pandangan-pandangan para ulama mengenai akidah kebatinan, seperti duhriyah (atheis), majusi dan shabiah. Perbedaan pandangan ini datang dari beragamnya propaganda yang dilancarkan oleh kebatinan dan bermacam-macam cara ulama dalam mengidentifikasi.
Di bagian keempat, penulis melanjutkan dengan penjelasan tentang kemunculan kebatinan dalam dunia sufi. Lumrahnya, dapat kita temukan sekilas awal kelahiran dari suatu aliran, baik pelopor, waktu, dan tempat kemunculannya. Namun, diketahui bahwa ternyata kebatinan tidak lah sama dengan aliran-aliran sesat pada umumnya. Sejarah tidak mencatat dengan jelas waktu kemunculan aliran kebatinan dalam dunia sufi. Kendati seperti itu, ditemukan bahwa sebenarnya keberadaan mereka sudah ada sejak masa ulama salaf, yang mana hal ini ulama ketahui dari telaah referensi-referensi tasawuf yang ada.
Pada bagian kelima, penulis menjelaskan seputar kewalian dalam dunia Islam. Kewalian yang sudah menjadi keyakinan tersendiri bagi pemeluk agama Islam, terkadang justru dijadikan cara jitu bagi aliran kebatinan untuk memperbanyak pengikut. Kemampuan mereka menyembuhkan penyakit, pengakuan dapat melipatgandakan uang dan mengabulkan hajat membuat masyarakat awam berbondong-bondong mendatanginya. Mereka rela memberikan segala hal yang dimiliki guna mendapatkan yang dinginkan. Untuk memperjelas dan mewaspadai terhadap pengakuan-pengakuan itu, penulis mengklarifikasi paham waliyullah, tanda-tandanya dan seputar karamah yang dimiliki seorang wali.
Pada bagian keenam, yang merupakan penutup, penulis mengakhiri tulisan dengan penjelasan seputar aliran kebatinan di Indonesia. Penulis mengungkap sekilas kepercayaan yang dimiliki bangsa Indonesia sejak masa lampau, silih bergantinya keyakinan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penulis juga mencantumkan sejumlah aliran kebatinan yang ditemukan di berbagai daerah Indonesia. Penulis menambahkan bahwa faktanya, kebatinan yang ada di Indonesia tidak memiliki ikatan dengan aliran kebatinan di dunia Arab. Meninjau pada tidak adanya mata rantai keilmuwan ataupun spiritual antara aliran kebatinan di Indonesia dan aliran kebatinan di dunia Arab.
Lubbil Labib | Annajahsidogiri.id