Syariah, akidah dan tasawwuf merupakan tiga unsur pokok ajaran Islam. untuk menjadi muslim sejati kita harus bisa seimbang dalam mempraktekkan tiga unsur tersebut. Namun belakangan ini ada saja masyarakat yang lalai dan meninggalkan satu dari tiga unsur ini, seperti melaksanakan konsep akidah saja (tahlil) lalu tidak melaksanakan konsep syariah (salat). Lantas bagaimana cara yang benar dalam menerapkan tiga unsur islam ini?, dan bagaimana cara kita menanggapi fenomena seperti di atas?, untuk mengetahui jawabannya, mari kita simak hasil wawancara M. Lubbil Labib dari Annajahsidogiri.id kepada K.H. Zuhri Zaini, pengasuh pondok pesantren Nurul jadid paiton probolinggo, beberapa waktu lalu.
-
bagaimana cara yang benar dalam penerapan 3 unsur pokok aswaja (syariah, akidah, tasawwuf)
Sebenarnya ajaran Ahlusunnah Wal Jamaah merupakan ajaran Islam itu sendiri. Namun kenapa sampai ada istilah kelompok Ahlusunnah Wal Jamaah? , karena dalam perkembangannya umat Islam terpecah belah menjadi beberapa kelompok dan golongan. Perpecahan ini tidak hanya terjadi dalam ranah syariah, bahkan dalam ranah akidah. Oleh karena itu perlu adanya penegasan; mana kelompok yang memang berpedoman pada alquran serta mengikuti apa-apa yang telah diajarakan oleh Rasulullah dan para sahabatnya dan mana yang tidak. Sehingga kelompok yang memang sesuai dengan kriteria yang telah disebutkan, itulah Ahlusunnah Wal Jamaah. Sedangkan kelompok yang tidak sedemikian; hanya berpedoman dengan al-Quran dan menolak mentah-mentah hadis nabi, atau berpedoman pada al-Quran dan hadis akan tetapi tidak mau kembali kepada pendapat para ulama dan para sahabat, mereka tidak bisa digolongkan kepada Ahlusunnah Wal Jamaah.
Baca juga: Hakikat Ahlusunah wal-Jamaah
Adapun cara agar penerapan 3 unsur pokok terlaksana dengan baik maka harus diawali dari penyebaran ajaran Aswaja itu sendri, Sebab amal itu adalah bentuk dari penerapan ilmu. Sehingga, dalam suatu pendidikan perlulah kita ajarkan ajaran-ajaran Ahlusunnah Wal Jamaah dengan benar, mulai dari tingkat dasar hingga ke jenjang seterusnya. (04.00).
-
sebagai generasi penerus aswaja, bagaimana respon kita terhadap masyarakat yang aktif dalam hal akidah (tahlil & istighasah) akan tetapi mereka melalaikan hal-hal syariat (salat & puasa)?
Tahlil itu tidak menjadi masalah, justru tidak salat itulah yang harus dipermasalahkan. Oleh karenanya kita harus memilah, tidak boleh seenaknya menyalahkan. Dalam hal ini dibutuhkanlah adanya bimbingan, tidak hanya dipesantren ataupun sekolah-sekolah, tapi juga ditengah-tengah khalayak masyarakat. Sebab hari ini masyarakat sedang kritis akan adanya bimbingan seperti kegiatan pengajian dan kultum.
Bimbingan inilah yang menjadi kewajiban kita, sebagai penerus generasi aswaja. Kita juga harus menjadi bijaksana dalam menyampaikan kebenaran, tidak boleh menyalahkan langsung-langsungan. Karena jika tidak demikian. maka tidak ada bedanya antara kita dengan kelompok salafi-Wahabi dan hal tersebut hanya akan menyebabkan adanya permusuhan diantara umat muslim.
-
Menurut sampean, kira-kira apa yang menjadi faktor adanya fenomena seperti ini?
Menurut saya, hal seperti ini terjadi sebab sebagian masyarakat beragama tidak didasari oleh keilmuan, akan tetapi tradisi. Sejak awal mereka melaksanakan kegiatan keagamaan seperti salat, zakat, puasa dan lain-lain, mereka hanya mengikuti apa yang dilakukan oleh orang-orang, tanpa tau apa-apa yang berkaitan dengan hal tersebut.
Baca juga: Konsep Cinta Tanah Air dalam Perspektif Aswaja
Nah, disini lah titik permasalahannya, mereka hanya akan mengerjakan kegiatan keagamaan sesuai dengan nafsu mereka; mengerjakannya ketika ada keinginan dan meninggalkannya ketika tidak.
- Apa pesan-pesan sampean untuk penerus generasi aswaja agar selalu semangat dalam mendakwahkan aswaja?
Pesan saya kepada para penerus generasi Aswaja agar tidak pernah menyerah dalam belajar ilmu agama dan belajar bagaimana menyampaikannya kepada masyarakat. Agar tidak terjadi benturan di masyarakat, diperlukanlah organisasi untuk mempermudah berjalannya tugas-tugas, seperti NU. Kerja sama sudah tentu adalah hal yang penting, karena jika tidak demikian maka kesejahteraan dan kedamaian dunia akhirat yang merupakan tujuan utama, tidak akan tercapai.