Nama, julukan, dan nisbatnya
Para penulis biografi sepakat bahwa nama beliau adalah Mas’ud bin Umar bin Abdullah Al-Taftazani,[1] kecuali yang diriwayatkan dari Imam Ibnu Hajar bahwa nama beliau adalah Mahmud. Namun beliau menarik kembali pendapatnya, bahwa nama beliau adalah Mas’ud.[2]
Adapun nama panggilan beliau dikenal sebagai Saad al-Din. Sedangkan silsilahnya kembali ke al-Taftazan, desa tempat kelahirannya, yang merupakan bagian dari kota Nisa, salah satu kota Khorasan.[3]
Baca juga: Syekh Muhammad bin Umar Al-Hadhrami
Kelahiran dan keluarganya
Mengenai tanggal lahirnya beliau, para penulis biografi menyebutkan dua kemungkinan atas ketidak jelasannya. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa Al-Saad sendiri tidak menyebutkan dalam salah satu kitabnya mengenai tanggal lahirnya dan murid-muridnya tidak ada yang menyebutkannya juga perihal tanggal kelahiran gurunya. Oleh karena itu, kami akan menyajikan dua posisi dan mencoba untuk memilih apa yang kami anggap lebih benar dari kedua pendapat tersebut.
- Kemungkinan pertama: bahwa Al-Saad lahir pada tahun 712 H, dan tanggal ini disebutkan oleh Tash Kubra Zadeh, Ibnu Taghri Al-Bardi, dan Ibnu Hajar di dalam kitab mereka, dan orang-orang yang mengambil pendapat mereka.[4]
- Kemungkinan kedua: Para sahabatnya mengatakan bahwa Al-Saad lahir pada tahun 722 H.[5]
Demikian pula para peneliti kontemporer yang menerjemahkan biografi Al-Saad masih tidak sepakat, namun yang cenderung kita ambil adalah pendapat pertama berdasarkan yang diriwayatkan dari Al-Saad bahwa beliau selesai menulis kitab Syarh Al-Tasrif pada tahun 728 H. Hal ini tidak sesuai dengan yang disebutkan pada kemungkinan kedua untuk tanggal lahir Al-Saad.
Karyanya
Beliau mulai mengarang kitab di usia yang ke enam belas tahun dari kelahirannya dan beliau terus mengarang sampai akhir hayatnya tiba. Karangan beliau sangatlah banyak dan bukan hanya dalam satu fan ilmu saja akan tetapi dalam beberapa kajian ilmu yang ada, di antaranya: Ilmu Kalam, Tafsir, Fiqih, Ushul, Nahwu, Manthiq dan lain-lainnya. Akan tetapi penulis hanya mencukupkan ke ilmu Kalam saja, yaitu:
- Syarh Al-Aqâid Al-Nasafiyah.
- Al-Maqâshid Fi Ilm Al-Kalâm.
- Al-Rad Ala Abâthil kitab Al-Fushush Li Ibnil-Arabi.
Wafatnya
Sudah kita ketahui di depan tentang kelahiran beliau, bahwa para ulama yang mencoba untuk membiografikannya masih berbeda pendapat. Sehingga, hal ini merembet kepada kewafatannya. Ada yang mengatakan bahwa Al-Saad wafat pada tahun 792 H, pendapat ini diambil dari beberapa ulama diantaranya adalah: Tash Kubra Zadeh[6] dan Ibnu Hajar dalam Al-Durar Al-Kaminah,[7] serta juga Al-Baghdadi,[8] Al-Shawkani,[9] Al-Laknawi,[10] dan Al-Khawansari.
Ada pula yang mengatakan bahwa Al-Saad meninggal pada tahun 791 H, dan pendapat ini diusung oleh imam Ibnu Hajar dalam Inba’ Al-Ghamr,[11] Ibnu Al-Imad Al-Hanbali,[12] dan Tash Kubra Zadeh juga berpendapat demikian.[13]
Baca juga: Al-Imam Al-Ghazali
Ada pendapat lain, namun tidak masuk akal, antara lain apa yang dikatakan oleh Al-Zirkli dalam kitabnya Al-A’lam bahwa Al-Sa’ad meninggal pada tahun 793 H.[14] Akan tetapi pendapat pertama lebih tepat, karena para penerjemah utama Al-Saad menyetujuinya.
ACH. UBAIDULLAH | Annajahsidogiri.id
[1] Al- Qishthantini, Mushtofa Abdullah, Kasyf al-Dzunun, Juz. 6, Hal. 429.
[2] Al- Asqalani, Ibnu Hajar, Ad-Durar al-Kaminah, Juz. 5, Hal. 100.
[3] Ibrahim, Syarh al-Maqasid, Juz. 1, Hal. 5.
[4] Tash Kubra zadeh, Miftah al-Saadah, Juz. 1, Hal. 164.
[5] As-Syaukani, Al-Badr al-Thali’, Juz. 2, Hal. 303.
[6] Tash Kubra Zadeh, Miftah al-Saadah, Juz. 1, Hal, 109 & 206.
[7] Ibnu Hajar, Al-Durar al-Kaminah, Juz. 5, Hal. 120.
[8] Al-Baghdadi, Hidayat al-Arifin, Juz. 2, Hal. 429.
[9] Al-Lakanawi, Al-Fawaid al-Bahiyyah, Hal. 137.
[10] Al-Khawansari, Raudhat al-Jannat, Hal. 309.
[11] Ibnu Hajar, Inba’ al-Ghamr, Juz. 1, Hal. 289.
[12] Ibnu Al-Imad, Syadzarat al-Dzahab, Juz. 6, Hal. 319.
[13] Tash Kubro Zadeh, Mifrah al-Saadah, Juz. 1, Hal. 205.
[14] Al-Zirkli, Al-A’lam, Juz. 8, Hal. 113.