Perpecahan dan kelompok syiah adalah satu-kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Syiah adalah kelompok yang mudah terkotak-kotak sebab segala konsep keagamaan yang mereka bangun adalah hasil produk mereka sendiri yang retan rancu dan irasional melalui pemalsuan riwayat-riwayat yang dinisbatkan kepada para Imam. Ada banyak corak perpecahan yang terjadi secara internal dalam tubuh Syiah, diantaranya adalah menentukan para imam saat waktu transisi imamah.
Perpecahan terjadi paska wafatnya imam yang ke-6, Imam Jakfar as-Shadiq. Satu golongan berpendapat bahwa imam selanjutnya adalah putra Imam Jakfar paling tua yang telah diwasiatkan untuk menjadi Imam, yaitu Ismail al-Mubarak. Menurut mereka Ismail tidak meninggal saat ayahnya hidup, beliau hanya berdakwah secara tersembunyi agar terhindar dari buruan penguasa Abbasiah. Mereka disebut Ismailiyun atau al-Mubarakiyun. Berbeda dengan mereka, golongan lain berasumsi bahwa imam selanjutnya adalah putra Imam Jakfar yang bernama Musa al-Kadzim, karena Ismail meninggal saat Imam Jakfar masih hidup. Mereka dikenal dengan nama Istna asyariyah. Tak hanya itu, Ismaliyyah berpendapat bahwa Imam akan terus eksis disetiap generasi hingga hari kiamat. Sedangkan Istna asyariyah berpendapat bahwa hak Imamah hanya dipegang oleh dua belas imam yang dipilih secara langsung oleh Rasulullah SAW.
Diantara dalil mengenai imam dua belas adalah hadis Rasulullah yang diriwayatkan Sulaim bin Qois (w.76) dalam kitabnya as-Staqifah :
“… Dari Imam Ali bahwa rasulullah berkhutbah sebelum wafat : “Wahai manusia, aku telah tinggalkan untuk kalian dua hal yang akan menjaga kalian dari kesesatan; kitabullah dan keturunanku. Karena keduannya tak akan terpisahkan hingga keduanya mendatangiku di telaga. Para sahabat berkata, “Kami bersaksi semua itu dari Rasulullah.” Imam Ali berkata “Hasbiyallah”. Lalu 12 sahabat badr berdiri dan berkata, “Kami bersaksi bahwa Rasulullah pernah berkhutbah dihari wafatnya, saat itu Umar bin Khattab berdiri seakan marah dan berakata, “Ya Rasulallah, apakah semua ahlul baitmu?” Rasulullah menjawab “Tidak semua, tetapi mereka yang mendapatkan wasiat dariku, diantara mereka adalah saudaraku, menteriku, pewarisku, dan ialah khalifah bagi umatku dan pemimpin setiap mukmin sepeninggalanku bersama 11 keturunannya kelak. Dan dia yang pertama dan terbaik, lalu anakku itu (Hasan dan Husain) lalu pewaris anakku yang bernama Ali bin Husain lalu anaknya, Muhammad, lalu Jakfar bin Muhammad kemudian Musa bin Jakfar, Ali bin Musa, Muhammad bin Ali, Ali bin Muhammad, al-Hasan bin Ali dan Muhammad bin Hasan, ialah imam Mahdi umat ini; namanya seperti namaku, memiliki karakter sepertiku. Ia akan menegakkan ajaranku, membumikan keadilan sebagaimana sebelumnya bumi penuh kedzaliman…”
Menarik untuk dibahas, khalifah dua belas ternyata juga diriwayatkan oleh para muhadis Ahlussunnah walJamaah. Seperti al-Bukhari dan Muslim. Diantaranya adalah riwayat dari Jabir bin Samurah. Beliu bercerita :
دَخَلْتُ مَعَ أَبِي عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ: إِنَّ هَذَا الْأَمْرَ لَا يَنْقَضِي حَتَّى يَمْضِيَ فِيهِمْ اثْنَا عَشَرَ خَلِيفَةً قَالَ: ثُمَّ تَكَلَّمَ بِكَلَامٍ خَفِيَ عَلَيَّ قَالَ: فَقُلْتُ لِأَبِي: مَا قَالَ؟ قَالَ: كُلُّهُمْ مِنْ قُرَيْشٍ
Aku datang kepada Rasulullah bersama ayahku, lalu aku mendengar Rasulullah bersabda : “sesungguhnya urusan ini tak akan berakhir hingga telah lewat kepemimpinan dua belas imam.” Lalu lanjutan Rasulullah tidak aku dengar. Aku bertanya kepada ayah, “Apa yang Rasulullah sabdakan?” Ayah menjawab, “Semua pemimpin tersebut berasal dari Quraisy”. HR. Bukhari 7222, Muslim 1821
Hadis Jabir diatas menjadi pegangan Syiah untuk membenarkan keyakinannya tentang imam dua belas. Dan anehnya, hadist tersebut adalah riwayat Bukhari-Muslim, dua amirul mukminin dalam bidang hadis Ahlussunnah walJamaah. Namun, bagaimana komentar para ulama mengenai hadis tersebut? Adakah hadis tersebut merupakan bukti nyata akan kebenaran dua belas imam versi Syiah?
Dalam mengomentari hadis di atas, para ulama terpecah menjadi dua kolompok. Kelompok pertama berpendapat bahwa dua belas imam tidak berkuasa dalam kurun waktu yang sama, mereka akan muncul pada masa-masa tertentu secara tidak tertib dari masa-kemasa. Kedua, berpendapat bahwa dua belas imam berkuasa dalam satu waktu. Berikut komentar para ulama Ahlussunnah walJamaah:
1- Imam an-Nawawi
Imam an-Nawawi dalam syarah sahih Muslim (12/202), Menukil pendapat Qadhi Iyadh berikut:
وَيَحْتَمِلُ أَنْ يَكُوْنَ المُرَادُ مُسْتَحقي الخِلَافَة العَادِلِيْن وَقَدْ مَضَى مِنْهُمْ مِنْ عِلْمٍ وَلَا بُدَّ مِنْ تَمَامِ هَذَا الْعَدَدِ قَبْلَ قِيَامِ السَّاعَةِ
Maksud khalifah dua belas tersebut adalah para khalifah yang adil yang telah berkuasa dimasanya. Dan hitungan dua belas akan sempurna sebelum bangkitnya hari kiamat.
Selanjutnya, Imam an-Nawawi berkata:
قِيْلَ: إِنَّ مَعْنَاهُ أَنَّهُمْ يَكُوْنُوْنَ فِيْ عَصْرٍ وَاحِدٍ يَتَّبِعُ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ طَائِفَة قَالَ القَاضِي: وَلَا يَبْعَدُ أَنْ يَكُوْنَ هَذَا قَدْ وجد إِذَا تتبعت التَوَارِيْخ فَقَدْ كَانَ بِاْلأَنْدَلُسِ وَحدها مِنْهُمْ فِيْ عَصْرٍ وَاحِدٍ بَعْدَ أَرْبَعِمِائَة وَثَلَاثِيْنَ سَنَةً ثَلَاثَةٌ كُلُّهُمْ يدعِيهَا وَيُلَقَّبُ بِهَا وَكَانَ حِيْنَئِذٍ فِيْ مِصْرَ آخر وَكَانَ خَلِيْفَة الجَمَاعَة العَبَّاسِيَة بِبَغْدَاد سِوَى مَنْ كَانَ يدعي ذَلِكَ فِيْ ذَلِكَ اْلوَقْتِ فِيْ أَقْطَارِ اْلأَرْضِ قَالَ: وَيعضد هَذَا التَأْوِيْل قَوْله فِيْ كِتَابِ مُسْلِمٍ بَعْدَ هَذَا: سَتَكُوْنُ خُلَفَاء فيكثرون قَالُوْا: فَمَا تَأْمُرُنَا؟ قَالَ: فَوا بيعة الأول فالأول
Ada pendapat lain menyatakan bahwa para khalifah tersebut ada dalam satu masa yang masing-masing diikiuti oleh golongannya. Qadhi Iyadh berkata “Diantara mereka, tiga khalifah yang berkuasa di Andalusia dalam satu masa, setelah 430 tahun. Semuanya mengaku sebagai khalifah dan digelari dengannya. Dan saat itu, mereka ada di wilayah yang berbeda. Diantaranya lagi para khalifah Abbasiyah di Baghdad selain khalifah yang ada di wilayah yang lain. Pendapat ini diperkuat dengan hadis Muslim setelah ini”. “Akan berkuasa para khalifah yang banyak. Para sahabat bertanya, “Apa yang engkau perintahkan?” Rasulullah menjawab, “Baiatlah satu persatu”.
2- Imam al-Qurthubi
Sependapat dengan an-Nawawi, Imam al-Qurthubi berkata:
هُمْ خُلَفَاءُ الْعَدْلِِ كَاْلخُلَفَاءِ الأَرْبَعَةِ، وَعُمَرُ بِنْ عَبْد العَزِيْز، وَلَا بُدَّ مِنْ ظُهُوْرِ مَنْ يَتَنَزَّلُ مَنْزِلَتهُمْ فِيْ إِظْهَارِ اْلحَقِّ وَاْلعَدْلِ، حَتَّى يَكْمُل ذَلِ اْلعَدَد، وَهُوَ أَوْلَى الأَقْوَال عِنْدي
Mereka adalah para khalifah yang adil. Diantaranya adalah para 4 khalifah dan Umar bin Abdul Aziz dan juga akan muncul para khalifah yang juga adil seperti mereka hingga sempurna dua belas. Ini pendapat yang paling kuat bagi kami. Al-Mufhim (4/8).
3- Ibnu Katsir
Dalam tafsirnya (3/65), Ibnu Katsir berkata :
َوَمَعْنَى هَذَا الحَدِيْثِ البِشَارَةُ بِوُجُوْدِ اثْنَيْ عَشَرَ خَلِيْفَةً صَالِحًا يُقِيْمُ الحَقَّ وَيعدل فِيْهِمْ وَلَا يَلْزَمُ مِنْ هَذَا تَوَالِيهم وَتَتَابع أَيّامهم بَلْ قَدْ وُجِد مِنْهُمْ أَرْبَعَة عَلَى نَسَقٍ وَهُمْ الخُلَفَاءُ الْأَرْبَعَةِ: أبو بكر وعمر وعثمان وعلي رضي الله عنهم وَمِنْهُمْ عُمَرُ بن عبد العزيز بِلَا شَكٍّ عِنْدَ اْلأَئِمَّةِ وَبَعْضِ بَنِيْ العَبَّاس وَلَا تَقُوْمُ السَاعَةُ حَتَّى تَكُوْنَ وِلَايَتُهُمْ لَا مُحَالَةَ وَالظَاهِرُ أَنَّ مِنْهُمْ المَهْدِي المبشر به فِيْ الْأَحَادِيْثِ الوَارِدَةِ بِذِكْرِهِ
Makna hadis tersebut adalah memberi kabar baik akan kemunculan dua belas khalifah yang salih. Dan kepemimpinan ini tidaklah harus berkala secara sambung-menyambung dari generasi kegenerasi. Diantara mereka adalah khalifah yang empat secara urut, yaitu Abu bakar, Umar, Usman dan Ali. Diantaranya juga adalah Umar bin Abdul Aziz yang disepakati oleh para imam dan sebagian penguasa Abbasiyah. Dan tak akan bangkit hari kiamat hingga kepemimpinan mereka sempurna. Yang jelas, diantara mereka adalah imam Mahdi yang dikabarkan dalam banyak hadis.
4-Ibnu Hajar al-Asqalani
Dalam kitab Fathul-Bari (13/211), Ibnu Hajar berkata:
قَالَ – يَعْنِيْ: المهلب- : وَالذِيْ يغلب عَلَى الظَنِّ أَنَّهُ عَلَيْهِ الصَلَاةُ وَالسَّلَامُ أَخْبَرَ بأعاجيب تَكُوْنُ بَعْدَهُ مِنْ الفِتَنِ حَتَّى يَفْتَرِق النَاس فِي وَقْتٍ وَاحِدٍ عَلَى اثْنَيْ عَشَرَ أَمِيْرًا قَالَ وَلَوْ أَرَادَ غَيْر هَذَا لَقَالَ يَكُوْنُ اثْنَا عَشَرَ أَمِيْرًا يَفْعَلُوْنَ كَذَا فَلَمَّا أعراهُمْ مِنْ الخَبَرِ عَرَفْنَا أَنَّهُ أَرَادَ أَنَّهُمْ يَكُوْنُوْنَ فِيْ زَمَنٍ وَاحِدٍ اِنْتَهَى كَلام المهلب قَالَ الحَافِظُ وَهُوَ كَلَامُ مَن لَمْ يقف عَلَى شَيْءٍ مِنْ طُرُقِ اْلحَدِيْثِ غير الرِوَايَة التِيْ وَقَعَتْ فِيْ البُخَارِي هَكَذَا مُخْتَصَرَة وَقَدْ عَرفت مِنَ الرِّوَايَاتِ التِيْ ذَكَرْتُهَا مِنْ ِعْنِد مُسْلِمٍ وَغَيْرِهِ أَنَّهُ ذكر الصفة التِيْ تَخْتَصُّ بِوِلَايَتِهِمْ وَهُوَ كَوْنُ اْلإِسْلَامِ عَزِيْزًا مَنِيْعًا وَفِيْ الرِوَايَةِ الْأُخْرَى صِفَة أُخْرَى وَهُوَ أَنَّ كُلَّهُمْ يَجْتَمِعُ عَلَيْهِ النَاسُ كَمَا وَقَعَ عِنْدَ أَبِيْ دَاوُد فَإِنَّهُ أَخْرَجَ هَذَا الحَدِيْث مِنْ طَرِيْقِ إِسْمَاعِيْل بِن أَبِيْ خَالِد عَنْ أَبِيْهِ عَنْ جَابِر بن سمرة بِلَفْظِ لَا يَزَالُ هَذَا الدِيْنُ قَائِمًا حَتَّى يَكُوْن عَلَيْكُمْ اِثْنَا عَشَرَ خَلِيْفَةً كُلُّهُمْ تَجْتَمِعُ عَلَيْهِ الْأُمَّةِ
Disebutkan dalam kitab al-mahlab: Pendapat yang kuat bahwa Rasulullah mengabarkan fitnah yang terjadi luar biasa, hingga umat akan terpecah belah pada dua belas penguasa dalam waktu yang sama. Seandainya pemahaman hadis tersebut bukanlah demikian niscaya Rasulullah akan bersabda “Dua belas pemimpin melakukan demikian”. Dengan demikian, kita tahu bahwa yang Rasullah kehendaki adalah dua belas pemimpin pada satu masa.
Bagi saya, pendapat ini tidak mempertimbangkan jalur hadis yang berbeda selain jalur Bukhari yang disebut secara ringkas. Padahal banyak riwayat yang disebutkan Imam Muslim dan lainnya yang menyebutkan sifat kepemimpinan mereka. Yaitu saat Islam jaya. Dalam riwayat lain, disebutkan sifat yang berbeda; bahwa setiap pemimpin menjadi rujukan semua umat, seperti riwayat Abu Dawud, beliau meriwayaktan hadis melalui Ismail bin Khalid dari ayahnya, dari Jabir bin Samurah dengan redaksi, “Agama ini akan terus tegak berdiri hingga kalian dipimpin 12 khalifah. Semuanya disepakati oleh umat.”.
Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa para ulama sepakat bahwa para khalifah dua belas yang Rasulullah sabdakan bukanlah para imam yang dimaksudkan oleh Syi’ah. Wallu a’lam
Bachrul Widad | Annajahsidogiri.id