Dalam hidup, manusia tak ubahnya pencari harta karun. Mereka harus menemukan petunjuk ke arah yang benar. Dengan petunjuk ini, mereka akan menemukan jati dirinya. Dengan jati diri, mereka akan menemukan posisinya di hadapan tuhan. Dengan itu semua, mereka akan mempersiapkan amal untuk meraih tujuan yang kita harapkan.
Dari shahabat Ibnu Masud t, suatu ketika Rasulullah pernah menulis sebuah garis dengan tangannya, lalu beliau bersabda “Ini adalah jalan Allah yang lurus”. Lalu, beliau menulis garis lagi ke arah kanan dan ke arah kiri dari garis yang pertama dan bersabda “Di jalan-jalan ini tidak ada jalan kecuali terdapat setan yang mengajak ke jalan itu”. Lantas, Beliau membaca ayat “Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalannya”(HR. Ahmad).
Dalam Hadis di atas, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa untuk selamat sampai tujuan, manusia harus meniti jalan yang lurus. Jalan selain itu akan dibarengi oleh setan yang mengajaknya menuju kesesatan.
Sebenarnya, umat muslim berada di jalan yang lurus sejak ditinggalkan Rasulullah ? dengan dalil, “Aku telah meninggalkan kalian di jalan yang terang. Jalan yang malamnya bak siang hari. Orang setelah aku tidak akan tersesat kecuali yang benar-benar rusak,”. (HR. Ahmad) Akan tetapi, dengan semakin malasnya manusia, serta dahsyatnya fitnah, umat muslim kerap kali merasa bingung dengan keyakinan mereka.
Berikut ini adalah beberapa term serta rambu-rambu yang mengarahkan kita ke jalur yang lurus, jalan Rasulullah SAW
Pertama, pesan Rasulullah r. Rasulullah r pernah berpesan pada umatnya untuk memegang teguh sunahnya, serta memegang teguh sunah khulafa’ur-rasyidun. Jadi, selama umat manusia mengikuti petunjuk Rasulullah r dan petunjuk khulafa’ur-rasyidun, mereka sudah masuk ke jalur Rasulullah r yang lurus. “Kalian harus menetapi sunahku serta sunah khulafa’ur-rasyidun yang mendapat petunjuk, gigitlah dengan gigi geraham,” (HR. Tirmidzi).
Kedua, mersama para shahabat. Selain mengikuti khulafa’ur-rasyidun, Jalan lurus Rasulullah r juga harus mengikuti para shahabat. Nabi bersabda, “Apa yang dipegang teguh oleh shahabatku” (HR. Tirmidzi). Para shahabat merupakan umat terbaik. Agama tidak akan sampai ke tengah-tengah masyarakat kecuali melalui mereka. Sudah sepantasnya jika orang-orang menghormati, mengagumi, mencintai, serta meneladani para shahabat.
Ketiga, menjunjung tinggi persatuan. Dalam Hadis tentang perpecahan umat, Rasulullah r menjelaskan bahwa yang selamat adalah al-Jamaah (HR Abu Dawud). Dalam Hadis lain, Rasulullah r bersabda “Sesungguhnya Allah tidak akan mengumpulkan umatku dalam kesesasatan. Yad-nya Allah bersama al-Jamaah. Barang siapa yang menyendiri, mereka menyendiri ke neraka” (HR. Tirmidzi). Meski ulama empat mazhab berbeda pendapat dalam masalah Fiqh, akan tetapi tidak sampai ke perpecahan yang saling mengafirkan. Mereka tetap menjunjung tinggi persatuan.
Keempat, golongan mayoritas. Rasulullah r memberikan jaminan bagi golongan mayoritas. Golongan inilah yang menjadi penentu ketika terjadi perpecahan. “Sesungguhnya, umatku tidak akan berkumpul dalam kesesatan. Ketika kalian melihat perbedaan, berpegang teguhlah bersama golongan mayoritas(HR. Ibnu Majah).
Kelima, negeri Syam dan Yaman. Nabi pernah mendoakan berkah pada syam dan yaman. “Ya Allah, berkahilah kita di Syam kita. Ya Allah berkahilah kita di Yaman kita”
Muzammil Mustofa/Annajah.co