Pada waktu yang lalu sempat heboh pernyataan seorang tokoh perempuan yang dengan tegas menolak konsep dan praktik poligami. Dia berasumsi, bahwa di dalam poligami terdapat diskriminasi terhadap perempuan yang hal tersebut sangat merugikannya. Tokoh tersebut tak lain sudah terpengaruh virus gerakan Feminisme yang dengan getol menyuarakan persamaan gender. Nuris Syamsi dan Khoirul Umam dari Media Annajah Center Sidogiri berhasil berbincang-bincang bersama Dr. Adian Husaini. tentang pendapatnya mengenai gerakan Feminisme:
Tanggapan Islam terhadap feminisme?
Intinya kita diperintahkan harus berlaku adil. Jika kita berbicara tentang Feminisme, maka kita harus tahu dulu apa sih isu yang di bawa oleh femisme? Kalau seumpama mereka mau membebaskan peempuan dari penindasan, maka kita harus tahu yang dimaksud dari penindasan di sini apa? Kalau seumpama seperti pemberdayaan perempuan, yang menganggap perempuan itu kurang berdaya sehingga perlu diperdayakan, maka kita lihat dulu faktanya. Jika mereka memberdayakan perempuan dalam masalah kesehatan, maka kita tidak menolak. Jika misalnya di suatu daerah yang perempuannya itu di diskriminasi karena budayanya, seperti perempuan tak boleh sekolah, sedangkan laki-laki boleh, maka hal itu tidak betul dalam pandangan Islam. Dan jika mereka menyamakan laki-laki dan perempuan dalam semua bidang maka kita harus mengkritisi. Seperti mereka menentang tentang kepemimpinan rumah tangga yang tidak harus laki-laki, perempuan juga boleh, maka itu tidaklah benar, karena bagi kita itu adalah nas al-Quran. Dan semua yang diatur oleh wahyu maka kita orang muslim harus taat. Jadi kita harus menyikapi isu tersebut dengan adil, letakkan sesuatu pada tempatnya. Karena hak-hak laki-laki perempuan itu telah dijamin.
Baca Juga: Kita Harus Tegas Anti Syiah, Wahabi, dan Liberal
Benarkah Islam mendiskriminasi perempuan?
Islam memposisikan laki-laki dan perempuan itu sama. Namun Allah juga memberikan peran yang berbeda bagi mereka dalam beberapa hal, sebab intinya mereka itu manusia, dan Allah memerintahkan mereka untuk beribadah pada-Nya. Dan intinya mereka semua diciptakan untuk beribadah. Dalam hal ini Islam tidak membeda-bedakan antara laki-laki dan perempuan. Namun dalam beberapa hal ada perbedaan tugas-perannya sesuai dengan fitrah laki-laki dan perempuan yang memang berbeda. Seperti halnya posisi anak dan orang tua, rakyat dan kepala negara, sama-sama manusia namun berbeda perannya. Sebenarnya hukum Islam itu enak, tapi kalau taat. Kalau bicara deskriminasi maka perempuan itulah yang meminta untuk dideskriminasi, seperti di sepakbola, dan di pertandingan tinju, tidak ada laki-laki dan perempuan dicampur. Kalau dalam masalah itu mereka minta dipisah. Ya kalau mau minta dong sama saya dan laki-laki, “Masak laki-laki dan perempuan kok dipisah dalam tinju, itu penghinaan.” Intinya manusia itu jangan pernah merasa bisa mengatur dirinya, karena Allah yang lebih tahu kondisi manusia laki-laki dan permpuan.
Tanggapan Anda tentang kekurangan perempuan dalam segi akal dan agamanya?
Memang kalau kita lihat secara umum dan realitas antara laki-laki dan perempuan, memang laki-laki diberi beberapa kelebihan. Namun walaupun demikian, kita tidak mengurangi peran perempuan yang sangat penting. Justru dengan keterbatasan tersebut, perempuan diberi pahala yang sangat besar. Dan mudahnya mereka masuk surga karena beban amanah mereka yang tidak terlalu berat. Beda halnya dengan laki-laki, yang dengan kelebihannya tersebut tentunya ia mempunyai amanah yang sangat berat. Tapi jangan lihat pada aspek dunianya, yang terpenting adalah aspek akhiratnya.
Baca Juga: Kita Harus Tegas Anti Syiah, Wahabi, dan Liberal
Tugas perempuan sebenarnya?
Tugasnya perempuan sama dengan laki-laki, sama-sama disuruh beribadah. Begitupula mereka sama-sama wajib mencari ilmu sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Kalau perempuan dikaruniai kecerdasan, ya dia harus mencari ilmu sesuai dengan kapasitasnya. Maka dalam hal itu, perempuan tidak boleh dihalang-halangi untuk mencari ilmu. Nanti kalau sudah menikah perempuan mempunyai peran lagi, yaitu sebagai istri. Dan kalau sudah punya anak, tugasnya bertambah lagi yaitu sebagai ibu dan kesemuanya ada tersendiri. Seperti tugas seorang istri adalah mengelola rumah tangga sesuai kapasitas dan amanah yang diberikan. Hal itu indah saja dalam Islam. Maksudnya tugas laki-laki dan perempuan tinggal diatur sesuai dengan kondisinya. Dan sistem dalam Islam itu sangat indah karena menekankan pada keharmonisan. Bedahalnya dengan Barat. Di Barat anak yang sudah agak besar sedikitpun sudah hilang sebagai anak, orang tua sudah dak boleh ngatur urusannya lagi.