Pertanyaan:
Sebagian kita tentu telah mempelajari mengenai kemaksuman para nabi. Namun, terkadang kita menemukan banyak hadis yang seakan bertentangan dengan hal ini. Semisal, Nabi Muhammad sendiri menyatakan bahwa beliau sering beristigfar, setidaknya 100 kali dalam sehari. Pertanyaannya, kalau memang Nabi Muhammad maksum, kenapa beliau masih sering beristigfar?
Andri, Indramayu | Via You Tube
Jawaban:
Mungkin hadis Nabi beristighfar sebanyak 100 kali yang dimaksud adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam at-Tarikh al-Kabir, Imam an-Nasaidalam ‘Amalul-yaum wal-Lailah dan Imam Abu Nu’aim dalam Tasmiyatu ma Intaha ilaina min-ar-Rawah ‘an Abi Nu’aim al-Fadl bin Abu Nu’aim al-Fadhl bin Dukain dengan redaksi hadis:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ، فَإِنِّي أَتُوبُ إِلَى اللَّهِ، وَأَسْتَغْفِرُهُ فِي كُلِّ يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Hai para manusia! Taubatlah dan beristighfar kepada Allah. Sebab aku bertaubat dan beristighfar pada Allah tiap hari hari sebanyak 100 kali.”
Hadis tersebut secara jelas menjelaskan bahwa Nabi beristighfar sebanyak 100 kali setiap harinya. Namun apakah demikian malah menunjukkan Nabi tidak maksum? Tentu tidak.
Kiranya perlu kita simak penjelasan hadis tersebut dari Imam Abu ‘Ala Muhammad Abdurahman bin Abdurahim al-Mubarakfuri dalam kitab Tuhfatul-Ahwadzi juz lima halaman 421:
أَنَّ الْاِسْتِغْفَارَ تَشْرِيْعٌ لِأُمَّتِهِ أَوْ مِنْ ذُنُوْبِ اْلأُمَّةِ فَهُوَ كَالشَفَاعَةِ لَهُمْ
“Bahwasannya istighfar Nabi adalah sebagai tuntunan syariat terhadap umatnya atau sebagai ampunan dari dosa-dosa umatnya sebagaimana syafaat terhadap mereka.”
Imam Muhammad Abudurauf bin Taj al-Arifin bin Ali bin Zainal Abidin al-Haddadi dalam kitab Faidul-Qadir juz lima halaman 421 juga menjelaskan demikian:
(مَا أَصْبَحْتُ غَدَاةً قَطُّ إِلَّا اِسْتَغْفَرْتُ اللهَ) أَيْ طَلَبْتُ مِنْهُ المَغْفِرَةَ (فِيْهَا مِائَةَ مَرَّة) … وَيَرَاهُ ذَنْبًا بِالنِسْبَةِ لِعَلِيِّ أَمْرِهِ أَوْ كَانَ ذَلِكَ تَعْلِيْمًا لِأُمَّتِهِ
“Hadis ‘Tiap kali bangun pagi aku pasti beristighfar pada Allah sebanyak 100 kali’, Nabi menganggap dirinya telah melakukan dosa dengan pertimbangan derajatnya yang tinggi lagi mulia atau bisajadi istighfarnya karena sebagai pelajaran terhadap umatnya.”
Walhasil, tujuan Nabi beristighfar seratus kali tiap hari sebagaimana yang ada dalam hadis di atas adalah untuk meminta ampunan kepada Allah dari pekerjaan jaiz yang Nabi lakukan, namun beliau anggap sebagai kesalahan -menimbang ketinggian derajat Nabi yang tinggi-. Atau bisa jadi sebagai pembelajaran trerhadap umatnya. Wallahu A’lam.
Ghazali | Annajahsidogiri.id
Comments 0