Perbedaan pendapat dalam setiap lini kehidupan merupakan sesuatu yang tidak bisa kita hindari, bahkan hal itu adalah sesuatu yang wajar dan bagi setiap insan harus pandai dalam menghargai. Menghargai yang sewajarnya dan tidak fanatik buta, apalagi sampai menyakiti. Pasalnya, pada kurun abad terakhir masih ada saja kelompok bernama wahabi. Yaitu kelompok yang sering membidahkan dan mengkafirkan, sehingga para ulama menganggap sebagai radikal masa kini.
Dalam Agama Islam, perbedaan tidak hanya terjadi dalam ranah furuiyyah saja. Bahkan, jika kita lihat lebih dalam lagi, perbedaan juga terjadi dalam ranah ushuliyyah dan dalam hal ini baginda Nabi ﷺ sudah mewanti-wanti dalam hadisnya yang menjelaskan perpecah belahan umat Islam menjadi 73 bagian, sebagaimana umat Yahudi dan Nasrani. Sehingga muncullah sekte-sekte yang melenceng dari barisan umat Islam mayoritas, yang kita kenal dengan Qodariyyah, Jabariyyah, dan lain-lain.
Salah satu kitab yang membahas tentang masalah ini adalah Târîkh al-Madzâhib al-Islâmiyyah fi as-Siyâsah wa al-Aqâid wa Tarîkh al-Madzâhib al-Fiqhiyyah, karya populer al-Imam Muhammad Abu Zahrah. Dalam muqaddimahnya, pengarang menjelaskan bahwa kitab ini tersusun dengan membahas dua judul besar, yaitu yang pertama seputar pergerakan sekte pecahan Islam dalam politik dan pemikiran-pemikirannya. Dan yang kedua seputar madzhab-madzhab fikih dalam islam yang juga terpapar di dalamnya para pencetus dari setiap madzhab tersebut.
baca juga: Al-Barahimah: Sekte Pengingkar para Nabi
Pada dasarnya, Kitab-kitab yang membahas beberapa pemikiran semacam kitab ini (kutubul-maqâlât), terdapat dua sistem penyusunan yang telah dijelaskan oleh as-Syahrastani dalam kata pengantar kitab al-Milal wa an-Nihal. Yaitu:
pertama, menjadikan setiap pemikiran/permasalahan sebagai pokok pembahasan, lalu ditampilkanlah setiap sekte yang mengadopsi pemikiran itu.
Kedua, menjadikan setiap sekte sebagai pembahasan pokok, yang kemudian diikutkan setiap pemikiran yang diadopsi oleh golongan/sekte tersebut.
Sistem yang kedua inilah yang sering dipraktekan oleh kebanyakan Ulama dalam mengarang kitab beragam pemikiran sebab lebih pantas dan ekuivalen dengan ilmu hisab. Oleh karena itulah sistem yang kedua tersebut yang menjadi landasan dalam mengarang kitab ini.
Dalam pembahasan awal dari kitab ini, yaitu seputar politik dan akidah, pembaca akan menemukan beberapa pergerakan politik beserta pemikiran dari setiap sekte pecahan islam seperti Syiah dengan beberapa cabangnya, Khawarij beserta pecahannya, dan Muktazilah dengan kelompok turunannya.
Dan yang tidak ketinggalan untuk kita baca dalam kitab ini adalah kelompok wahabi yang hingga kini masih bisa kita lihat pergerakan serta pemikiran-pemikiran nyelenehnya di sekitar kita, Meskipun pembahasan tersebut tidak sedetail apa yang telah Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki tuangkan dalam kitab Mafahimnya.
baca juga: Al-Milal Wa An-Nihal; Kitab Ensiklopedia Teologi Beragam Agama
Pembahasan kedua tersebut berlanjut dengan membahas seputar madzhab-madzhab fikih yang tidak hanya berkisar pada madzhab empat saja, bahkan fikih-fikih sekte Khawarij, Syiah, Daud ad-Dhahiri, Ibnu Taimiyyah, Imam Zaid, Ja’far as-Shadiq pun juga akan kita temukan dalam kitab ini. Pembahasan tersebut dimulai dengan menjabarkan biografi dari setiap pendiri Madzhab dengan beberapa sifatnya, yang kemudian barulah dipaparkan beberapa pendapat fikihnya secara global.
Kemudian, pembahasanya dalam madzhab fikih tentu tidak terlepas dari penjelasan mengenai apa itu dan siapa saja yang bergelut dalam ranah ijtihad. Dalam bab ini, pengarang juga menjelaskan megenai level-level para mujtahid dalam bidang fikih, seperti mujtahid mustaqil yang sekaliber Imam as-Syafi’I, Hanbali, dan lain-lain. Mujtahid muntasib, seperti al-Muzanni dalam madzhab as-Syafii dan Abdur-Rahman bin al-Qasim dalam madzhab Maliki. Dan juga mujtahid Tarjih yang bertugas memilah-milah beberapa pendapat dalam Madzhabnya seperti an-Nawawi, dan lain sebagainya.
Meskipun pembahasannya mengenai perpecahan umat Islam tidak sedetail al-Milal wa an-Nihal dan al-farqu baina al-Firoq, tetapi tanggapan sang pengarang dalam membentengi akidah Ahlusunnah wal Jamaah dari pemikiran-pemikiran nyeleneh yang diadopsi oleh beberapa sekte lainnya sudah cukup memberikan kepuasan di hati pembaca dan kehadirannya pun bisa diterima. Bahkan, Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Sidogiri pun merangkum kitab yang memiliki ketebalan 700 halaman ini, untuk dijadikan salah satu mata pelajaran mereka di kelas satu Aliyah. Wassalaam.
Moch Rizky Febriansyah | annajahsidogiri.id