Sebelumnya kita telah membahas tentang masalah rukun-rukun Iman Syiah, oleh karena itu, dianggap penting menurut kami untuk melanjutkan pembahasan tentang pokok-pokok ajaran mereka, karena pada mulanya, jika kita hanya sekedar memandang sekilas tentang rukun iman Syiah itu sendiri, kami takut para pembaca akan terhipnotis terhadap argumen-argumen yang dilontarkan oleh golongan Syiah.
Sejauh yang penulis ketahui tentang ajaran pokok dalam Syiah sampai sekarang ini, sekitar ada lima konsep, akan tetapi tidak menutup kemungkinan dikemudian hari mereka akan menambah tentang ajaran-ajaran mereka, meninjau kemashlahatan yang akan mereka dapatkan. Mungkin langsung ke pokok ajaran mereka:
Baca juga: Hari ‘Asyura dalam Tradisi Komunitas Syiah
a). Imamah :Imamah adalah sebuah konsep kepemimpinan Syiah yang merupakan teori mutlak dan harga mati. Dokrin inilah yang yang sebetulnya menjadi dasar paling asas dari dokrin Syiah yang lain. Sebagaimana al-Kulaini menulis riwayat sebagai berikut:
“Sesungguhnya paling agungnya ajaran agama yang ditugaskan Allah ﷻ kepada nabi-Nya adalah urusan Imamah.
Bahkan mereka sampai kebablasan dalam mengutamakan Imam-Imam mereka, hal ini tiada lain, melainkan sebab fanatiknya mereka terhadap Ahlul-bait yang menjadi Imam sebagaimana dalam Syi”ah fi ‘Aqa’idhim wa Ahkamibim Sayyid Amir Muhammad al- kazhimi al Quzwaini hlm.73 mengatakan:
الْأُمَّةُ مِنْ أَهْلِ الْبَيْتِ عَلَيْهِمُ السَّلَامُ أَفْضَلُ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ
”Para Imam dari Ahlul Bait lebih utama daripada para Nabi ﷺ.
b). Ismah atau konsep” ketidakbersalahan” dalam islam berkaitan dengan keyakinan bahwa para Nabi, Rasul dan tokoh-tokoh tertentu dipelihara dari dosa oleh Allah ﷻ. Namun ada perbedaan antara pandangan Syiah dan Ahlusunnah wal-Jamaah(sunni)tentang ma’na dan penerapannya :
Syiah percaya bahwa tidak hanya nabi, tetapi juga para Imam Ahlul Bait ( dua belas Imam dalam tradisi Syiah Imamiyah) memiliki ishmah. Artinya, mereka bebas dari dosa dan kesalahan, baik besar maupun kecil, secara lahir dan batin.
Ahlusunnah wal-Jamaah: Sunni membatasi konsep ishmah hanya untuk para nabi dan rasul. Mereka tidak meyakini bahwa para sahabat atau figur-figur tertentu selain nabi memiliki ishmah.
c). Mahdiyyah: Rukun ke-Tiga ini termasuk diantara rukun-rukun keyakinan sesatnya orang-orang Syiah. Dalam rukun ini Syiah dan Ahlusunnah wal-Jamaah sangat berbeda dalam memahami kemunculan Imam Mahdi di akhir zaman nanti.
Dalam Syiah sendiri banyak diantara mereka berbeda pendapat dalam memahami siapakah Imam Mahdi itu? Ada sebagian antara mereka mengatakan, Imam Mahdi itu adalah Ja’far ash-Shadiq, Imam keenam Syiah. Juga ada yang berpendapat bahwa al-Mahdi adalah Muhammad bin al-Hasan al-Askari.[1] dan masih banyak lagi kesesatan-kesesatan mereka yang menyalahi dengan ajaran Ahlusnnah wal-Jamaah.
Sedangakan Ahlusunnah wal-Jamaah meyakini bahwasannya al-Mahdi adalah keturunan Rasulullah ﷺ dari keturunan Sayyidah Fathimah radhiyallahu ‘anba’
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللَّٰهُ عَنْهَا قَالَتْ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّٰهِ ﷺ يَقُولُ: الْمَهْدِيُّ مِنْ عِتْرَتِي، مِنْ وَلَدِ فَاطِمَةَ رَضِيَ اللَّٰهُ عَنْهَ
“Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Al- Mahdi itu dari keturunanku, cucu Fathimah radhiyallahu ‘anhu , semoga Tuhan berbahagialah dengannya’.”
Baca juga: Syiah; bukan Sekedar Ideologi tapi juga Agresi
d).Raj’ah: Dalam Syiah, raj’ah merupakan kelanjutan dari episode kehadiran al-Mahdi , dimana menurut keyakinan mereka, semua imam Ahlul Bait dan orang-orang yang memusuhinya, pasca kedatangan al-Mahdi nanti, mereka akan di bangkitkan kembali dari kematian, guna untuk penuntut balasan bagi Ahlul Bait terhadap mereka, dikarenakan mereka semua telah mendholimi Sayyidina Ali radiallah anhu. Dengan cara mereka mengambil hak ke-Imaman yang sepantasnya diperoleh oleh Sayyidina Ali radiallah anhu.
e).Bada’: Bada’ adalah salah satu akidah Syiah yang memiliki tempat tersendiri dalam keyakinan mereka, sehingga dengan bada’ inilah mereka bersemangat dalam mempertahankan konsep ke-imamahan mereka semua. Dari pemaparan ini dapat di simpulkan bahwa fungsi dari sifat bada dalam keberagamaan Syiah tidak lain sebagai benteng untuk menutupi celah yang terdapat di balik dokrin-doktrin mereka, seperti Imamah, ‘Ismatul-aimmah, dll. Dan anehnya, para pengikut Syiah mau saja mengamini doktrin irasional ini.
f). Taqiyyah: Dalam Syiah, istilah taqiyyah berarti mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan keyakinannya sendiri, dalam rangka menyelamatkan diri dari orang yang tidak sepaham dalam aqidah dan pemikirannya. Sebagaimana tokoh terkemuka, al-Mufid, menyatakan sebagai berikut:
قَالَ الشَّيْخُ المُفِيدُ: التَّقِيَّةُ كِتْمَانُ الْحَقِّ وَسَتْرُ الْاعْتِقَادِ فِيهِ وَمُكَاتَمَةُ الْمُخَالِفِينَ وَتَرْكُ مُظَاهَرَتِهِمْ بِمَا يُعَقِّبُ ضَرَرًا فِي الدِّينِ أَوْ الدُّنْيَا
Syekh Al-Mufid mengatakan: Taqiyyah adalah menyimpan kebenaran, dan menyembunyikan keyakinannya, serta merahasiakan terhadap orang-orang yang tidak seaqidah, dan tidak minta bantuan mereka dalam hal-hal yang dapat mengakibatkan bahaya, baik dalam urusan agama maupun keduniaan.3
Padahal ketika kita mengkaji lebih dalam lagi tentang awal adanya konsep taqiyyah ini. pasti tidak akan terlepas dari suatu keterpaksaan yang harus dilakukan oleh sahabat Ammar bin Yasir. Beliau mengucapkan kekufuran ini, dikarenakan ketika itu sahabat Ammar bin Yasir dipaksa oleh orang-orang musyrik untuk mengucapkannya, dan jika enggan maka akan dibunuh, sebagaimana mereka telah membunuh kedua orang tuanya.
Akan tetapi konsep Taqiyyah ini merupak rukhshah yang hanya bisa diterapkan dalam keadaan terdesak ketika menghadapi orang-orang kafir, hal ini merupakan kesepakatan ulama’ (ijma’). Sebagaimana disebutkan oleh ibnu Mundhir dalam kitab Fathul Bari, juz 12 hlm. 314.
Lukman Hakim | Annajahsidogiri.id
[1] Lihat:at-tasyayyu’ hal.212
2 lihat kitab tafsir Syiah,tafsir al -Asyasi juz 1 hlm.281
3 Syarah ‘ Aqa’id ash Shaduq,hal. 261