Adakah tuhan? Ini adalah kicauan beberapa orang yang meragukan keberadaan Tuhan, sebab keberadaannya masih butuh peninjauan secara cermat atas keberadaannya melalui serangkaian alat percobaan. Mengukur keberadaan Tuhan dengan metode empiris tidak pernah membuahkan hasil sebab Tuhan tergolong hal gaib yang wujudnya sama sekali tak terbayang. Tentu, untuk membuktikan keberadaan Tuhan bukan dengan melakukan serangkaian tes yang bersifat indra melainkan dengan penarikan kesimpulan yang bersifat rasional.
Sebagaimana maklum adanya, jagat raya mempunyai satu garis merah yang sama, yaitu semua serba berubah. Mustahil tiadanya perubahan pada jagat raya ini, bahkan hal yang kita sangka tak pernah berubah niscaya akan berubah seiring berjalannya waktu. Semua komponen pada jagat raya ini pasti mengalami masa sebelum, sedang, dan setelah. Semua berubah dari satu kondisi ke kondisi lainnya. Sederhananya, segala sesuatu yang ada pada jagat raya ini pasti punya permulaan.
Baca Juga: Bukti Keberadaan Tuhan
Sejurus dengan itu, kita tahu bahwa segala yang ada pada dunia ini mempunyai sifat dan karakter khusus; benda-benda raksasa pada jagat raya mempunyai gaya tarik berupa gravitasi, api mempunyai karakter membakar, es mempunyai karakter cool, air punya karakter cair, dan begitu juga pohon, udara, dan segala makhluk hidup mempunyai karakter tersendiri. Segala karakter ini menjadi tangga nada yang saling melengkapi dan membentuk sistem kehidupan yang menompang satu sama lain, sehingga dipastikan bahwa semuanya terbentuk dengan penuh kesadaran oleh aktor yang berada luar jangkauan, sebab mustahil hal yang begitu rumit terjadi dengan sendirinya dan membentuk sistem yang begitu sempurna.
Nah, bila demikan sampailah pada pertanyaan yang urgen, siapakah aktor yang membuat semuanya ada dari tiada? Siapakah yang merancang seluruh karakter yang ada pada jagat raya ini? Jawabannya tak lain dan tak bukan adalah Tuhan. Dalam kitab Syarhu Ummil-Barahin, Al-Imam Muhammad bin Yusuf as-Sanusi beragumentasi: “Meskipun tak terlihat oleh bola mata, tetapi sudah maklum adanya bahwa Tuhan itulah penyebab utama dari segala keberadaan pada alam semesta. Keberadaannya adalah pasti yang tak bisa dikompromikan”.
Baca Juga: Goenawan Mohamad Salah Mengartikan Tuhan
Dalam konsep dasar-dasar Islam, Imam ad-Dasuki memaparkan dalam kitabnya, Hasyiyah ad-Dasuki, bahwa keberadaan tuhan merupakan wajibul wujud, keberadaan yang pasti, absolut dan tak bisa kontroversi.
Adapun keberadaan selain Tuhan sifatnya hanya mumkinul wujud, yakni sesuatu yang keberadaannya relatif dalam arti bisa saja ada dan boleh juga tidak ada. Tak ada alasan yang memastikan bahwa manusia harus ada, planet ini harus ada, dan segala hal pada semesta harus ada. Tapi Tuhan harus ada sebab keberadaannya merupakan keniscayaan dari seluruh keberadaan hal lain yang sudah ada. Inilah tali pemisah yang membedakan antara keberadaan Tuhan dan keberadaan selain Tuhan. Meskipun semua sama-sama ada, tapi pada hakikatnya keberadaan keduanya jauh berbeda.
Lalu siapa yang menciptakan dan memberikan karakter ketuhanan pada-Nya? Ini pertanyaan konyol yang membuat lingkaran tak berujung yang pasti mustahil. Imam ad-Dasuki memberikan jawaban dari pertanyaan konyol itu, ia menyatakan: “Ketika melihat orang lain, semua tahu bahwa ia punya bapak, bapaknya punya bapak dan demikianlah seterusnya. Demikian juga segala hal lainnya harus punya ujung pertama yang itu tak berasal dari apa pun. Sedangkan yang paling ujung dari semua penciptaan adalah Tuhan sehingga pasti Tuhan itu mustahil tercipta, terancang, tersusun, terbentuk dan memang sudah ada tanpa awal mula”.
Andai kita paksakan, bahwa ada lingkaran penciptaan yang tak berujung hingga ke belakang dari terciptanya Tuhan oleh sesuatu yang lain dan sesuatu yang lain itu juga diciptakan oleh sesuatu sebelumnya secara terus-menerus tanpa ada ujungnya, maka berakibat mustahil terciptanya alam semesta.
Logikanya, bila penciptaan semesta ini tergantung pada keberadaan Tuhan sedangkan keberadaan Tuhan itu pun juga bergantung pada keberadaan Tuhan lain sebelumnya dan terus demikian, maka pasti alam semesta belum ada sebab keberadaannya bergantung pada lingkaran yang tak pernah berhenti.
Dengan adanya alam semesta, memberikan pemahaman adanya ujung paling akhir yang berperan menentukan segalanya. Ujung paling akhir itulah yang absah adalah Allah, Sang Pencipta segalanya.
Baca Juga: Allah “Wajib” Wujud
Penjelasan tersebut adalah penjelasan universal yang dapat setiap orang pahami dimana pun, apa pun agamanya dan apa pun bangsanya. Ini adalah kebenaran rasional yang bisa semua orang pahami. Dengan penjelasan semacam inilah para ulama berkomunikasi dengan semua orang dari semua penjuru dunia dengan berbagai latar belakang yang berbeda.
Bahasa universal inilah yang dapat setiap orang yakini kebenarannya sebab bukan berdasarkan dogma atau klaim apa pun yang sifatnya subjektif.
Ahmad Zaini | Annajahsidogiri.id