Kristiani
Tuhan kita jelas ada, Dia pernah hadir ke dunia ini untuk menebus dosa. Namun, bagaimana dengan Islam? Allah tidak pernah menampakkan diri dan tidak pernah hadir ke dunia.
Muslim
Ada tiga poin yang harus kami sampaikan terkait pertanyaan anda:
Pertama, Allah ( telah menetapkan bahwa umat Islam akan melihat Allah di surga nanti. Sebagaimana termaktub dalam surah al-Qiyamah ayat ke 22-23 sebagai berikut:
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ (القيامة: 22)
Wajah-wajah (orang mukmin) pada hari itu berseri- seri. (QS. Al-Qiyamah: 22)
إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ (القيامة: 23)
Kepada Tuhannya mereka melihat. (QS. Al Qiyamah: 23)
Ayat ini sangat jelas, orang-orang yang beriman kelak di akhirat akan melihat Allah.
Kedua, bukti bahwa Allah itu benar-benar ada adalah adanya alam ini. Mustahil jika alam ini ada tanpa ada yang menciptakan. Jejak kaki harimau menunjukan adanya harimau, jejak perjalanan menunjukan adanya orang yang melakukan perjalanan, langit yang tidak bertiang dan memiliki bintang, bumi yang memiliki jalanan yang lapang, lautan yang berombak, bukankah semua itu menunjukan kepada adanya Sang Maha pencipta?
Perlu diperhatikan bahwa setiap sesuatu yang ada, tidak harus terlihat dan tampak. Seperti akal, udara dan gula yang larut pada minuman adalah sesuatu yang pasti ada, namun tidak tampak oleh mata.
Baca Juga; Dialog Islam-Kristen #5
Ketiga, al-Quran yang merupakan kalam Allah dan mukjizat bagi Nabi Muhammad (, adalah bukti bahwa Allah ( ada. Oleh karena itu, al- Quran telah mengklaim, tidak akan ada yang bisa membuat semisal al-Quran. Tantangan itu terdapat dalam surah al-Baqarah ayat ke 23:
وَإِن كُنتُمۡ فِي رَيۡبٖ مِّمَّا نَزَّلۡنَا عَلَىٰ عَبۡدِنَا فَأۡتُواْ بِسُورَةٖ مِّن مِّثۡلِهِۦ وَٱدۡعُواْ شُهَدَآءَكُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ. (البقرة: 23)
Dan jika kamu meragukan (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang- orang yang benar. (QS. Al-Baqarah: 23)
Tantangan ke dua Allah sampaikan dalam surah Hud ayat ke 13-14:
أَمۡ يَقُولُونَ ٱفۡتَرَىٰهُۖ قُلۡ فَأۡتُواْ بِعَشۡرِ سُوَرٖ مِّثۡلِهِۦ مُفۡتَرَيَٰتٖ وَٱدۡعُواْ مَنِ ٱسۡتَطَعۡتُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ. (هود: 13)
Bahkan mereka mengatakan, “Dia (Muhammad) telah membuat-buat Al-Qur’an itu.” Katakanlah, “(Kalau demikian), datangkanlah sepuluh surah semisal dengannya (Al-Qur’an) yang dibuat-buat, dan ajaklah siapa saja di antara kamu yang sanggup selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (QS. Hud: 13).
فَإِلَّمۡ يَسۡتَجِيبُواْ لَكُمۡ فَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّمَآ أُنزِلَ بِعِلۡمِ ٱللَّهِ وَأَن لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۖ فَهَلۡ أَنتُم مُّسۡلِمُونَ. (هود: 14)
Maka jika mereka tidak memenuhi tantanganmu, maka (katakanlah), “Ketahuilah, bahwa (al-Quran) itu ditu-runkan dengan ilmu Allah, dan bahwa tidak ada tuhan selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (masuk Islam)?” (QS. Hud: 14)
Ayat ini menjelaskan bahwa jika orang musyrik tidak mampu memenuhi tantangan Nabi, padahal banyak dari kalangan mereka yang ahli bahasa dan sastra, maka ketahui-lah bahwa al-Quran bukanlah buatan Nabi Muhammad (, tetapi semata-mata diturunkan oleh Allah atas kehendak-Nya, agar disampaikan oleh Nabi Muhammad ( kepada seluruh umatnya.
Tantangan ke tiga terdapat dalam surah al-Isra’ ayat ke 88:
قُل لَّئِنِ ٱجۡتَمَعَتِ ٱلۡإِنسُ وَٱلۡجِنُّ عَلَىٰٓ أَن يَأۡتُواْ بِمِثۡلِ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانِ لَا يَأۡتُونَ بِمِثۡلِهِۦ وَلَوۡ كَانَ بَعۡضُهُمۡ لِبَعۡضٖ ظَهِيرٗا. (الإسراء: 88)
Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa (dengan) Al- Quran ini, mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka saling membantu satu sama lain.” (QS. Al-Isra: 88)
Tantangan ke empat Allah berfirman dalam surah Yunus ayat ke 38:
أَمۡ يَقُولُونَ ٱفۡتَرَىٰهُۖ قُلۡ فَأۡتُواْ بِسُورَةٖ مِّثۡلِهِۦ وَٱدۡعُواْ مَنِ ٱسۡتَطَعۡتُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ. (يونس: 38)
Apakah pantas mereka mengatakan dia (Muhammad) yang telah membuat-buatnya? Katakanlah, “Buatlah sebuah surah yang semisal dengan surah (Al-Qur’an), dan ajaklah siapa saja di antara kamu orang yang mampu (membuatnya) selain Allah, jika kamu orang- orang yang benar. (QS. Yunus: 38)
Ke empat surah di atas adalah dalil bahwa Allah ( benar-benar ada dan hingga saat ini tidak ada seorang pun yang dapat membuat semisal al-Quran. Kendati dahulu hingga sekarang banyak para pakar sastra dan ahli bahasa.
Baca Juga: Dialog Islam-Kristen #4
Jika Muslim ditanya, mengapa Allah tidak mau menampakkan diri? Maka kita jawab dengan dua poin berikut:
Pertama, Nabi Musa yang merupakan seorang rasul, dijelaskan dalam surah al-A’raf ayat ke 143, beliau tidak mampu melihat Allah. Terlebih kita sebagai manusia biasa. Bila melihat gula yang larut dalam sebuah minuman dan udara saja kita tidak mampu, apalagi melihat Sang Pencipta-Nya.
Kedua, jika maksud Tuhan harus tampak, hanya karena untuk menebus dosa, maka perspektif itu sangat dangkal sekali. Justru dengan hadirnya Tuhan ke dunia layaknya manusia, akan dapat mencederai atau merusak ke Maha Kuasaan-Nya. Awalnya, Dia maha ada tanpa diciptakan, setelah menjadi manusia, Dia harus ada dalam kandungan selama 9 bulan, lalu lahir dan tumbuh dewasa layaknya manusia yang lemah pada umumnya. Awalnya, Dia maha perkasa, setelah menjadi manusia, Dia dihinakan oleh makhluk-Nya sendiri hingga mati mengenaskan di tiang salib. Awalnya, Dia maha melihat, setelah menjadi manusia, Dia mengalami ngantuk dan tidur. Awalnya, Dia maha pemberi rezeki, setelah menjadi manusia, Dia harus lapar dan makan ikan goreng serta hidup dari sedekah orang lain. Inilah yang disebut dengan merusak ke maha kuasaan-Nya sendiri. Seharusnya jika Tuhan maha kuasa, maka cukup dengan menyuruh manusia bertaubat, tanpa harus merendahkan ke Maha Kuasaan-Nya.
Umat kristiani kadang mengatakan, Allah itu lemah karena tidak bisa menjadi manusia, dan sebagian mereka juga berkata bahwa Tuhan hadir ke dunia sebagai bentuk kasih karunia-Nya terhadap umat manusia. Perkataan seperti itu dan sejenisnya, justru terlontar dari pemikiran yang sama sekali tidak ilmiah dan mustahil bagi akal. Karena dunia dan cakrawala ini adalah ciptaan-Nya, lalu bagaimana Tuhan bisa lemah, dengan harus menjadi manusia, yang pada ahirnya mati di tiang salib hanya untuk menebus dosa hamba-Nya? Bukankah kita sepakat jika ada seorang bos besar atau presiden melihat bawahannya yang melanggar aturan, maka ia berhak memecat atau memaafkannya. Tidak perlu bersusah payah dengan menjadi karyawan atau bawahan terlebih dahulu, untuk bisa memaafkannya.
Komparasi
Jika kita merujuk pada kitab suci umat Kristen, yaitu Bible, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, maka akan dapat kita temukan penjelasan yang memberikan hasil bahwa Tuhan tidak akan pernah bisa terlihat di dunia ini. Berikut beberapa dalilnya:
Perjanjian Lama
Keluaran 33:20 (TB)
Lagi firman-Nya: “Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup.”
Dalil ini menjelaskan bahwa siapa saja yang melihat Tuhan pasti akan mati.
Perjanjian Baru
Yohanes 1:18 (TB)
Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.
Yohanes 5:37 (TB)
Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nya pun tidak pernah kamu lihat.
1 Timotius 1:17 (TB)
Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin.
1 Timotius 6:16 (TB)
Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorang pun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. Bagi- Nyalah hormat dan kuasa yang kekal! Amin.
Ayat-ayat ini menegaskan bahwa Tuhan tidak akan dapat dilihat di dunia.
Paulus, sebagai seorang rasul bagi umat Kristiani, memberikan solusi bagaimana cara memahami esensi yang tidak terlihat ini. Dalam surat Paulus kepada jemaat di Roma dikatakan:
Roma 1: 20 (TB)
Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih.
Di sini, Paulus menjelaskan bagaimana kita memahami esensi yang tidak terlihat itu, cukup dengan kita melihat karya (ciptaan)-Nya, karena iman adalah sebuah persaksian terhadap sesuatu yang tidak terlihat:
Ibrani 11: 1 (TB)
Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
Yesus juga pernah menegaskan, orang yang percaya atau beriman terhadap sesuatu yang belum pernah ia lihat, adalah jauh lebih mulia dibandingkan seseorang yang percaya setelah ia melihat. Yesus berkata kepada Tomas:
Yohanes 20:29 (TB)
Kata Yesus kepadanya: “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”
Walhasil, dalam kitab suci Yahudi (Perjanjian Lama), Kristiani (Perjanjian Baru) dan al-Quran. Secara tegas menjelaskan, Tuhan tidak bisa dilihat di dunia. Tetapi, bukan sesuatu yang tidak bisa dijangkau, bisa kita pahami esensi dan eksistensi nya melalui ciptaan-Nya.
M. Fuad Abdul Wafi | Annajahsidogiri.id