Sungguh luar biasa, beberapa tahun belakangan ini, terutama pada tahun ini, banyak perubahan karakter dan kecondongan hati yang terjadi terhadap anak muda kita.
Dulu, para generasi muda Islam merasa malu jika mereka tidak hafal sejarah singkat seputar Nabi r dan sahabatnya. Namun, rasa malu itu kini kian memudar. Mereka acuh pada sejarah para nabi. Tidak mengerti satu sejarah nabi pun bukan menjadi perkara buruk yang membuat mereka malu. Justru yang membikin mereka malu bukan kepalang adalah jika mereka tidak hafal nama-nama artis Korea.
Baca Juga: Asal-Usul Kata “Sufi” (1)
Ironisnya, top figur yang mereka idolakan sama sekali tidak mendidik jiwa menjadi lebih baik. Bukan hanya dari sisi etika, bahkan penampilannya pun tidak memberikan nilai positif.
Ironisnya lagi, kecondongan hati yang mengakar di hati anak muda kita ini lambat laun malah menjadikan mereka dimabuk cinta buta. Salah satu buktinya adalah banyak dari mereka yang terlalu berlebihan dalam mengekspresikan perasaannya. Mereka sangat loyal kepada idolanya dan akan marah bilamana figur-figur non-Muslim tersebut dicerca dan dicela.
Sebenarnya, bagaimana Islam memandang dinamika sosial kekinian ini? Simak penjelasan berikut.
Berinteraksi dengan Non Muslim
Mengenai hukum berinteraksi (mu’âsyarah) dengan non-Muslim, mayoritas ulama berpendapat boleh, salah satunya adalah Seykh Sulaimân bin Muhammad bin Umar al-BujairimÎ, dalam kitab Hâsyiyah Bujairimi ‘alal-Khathîb, hlm. 81. Bahkan ada yang berpendapat sunah jika mu’âsyarah-nya sangat baik sebagaimana pendapat Imam Fakhrud-Dîn ar-Râzî.
Kasus mu’âsyarah (interaksi) sendiri berbeda dengan kasus mukhâlathah (berbaur), sebab mukhalathah (berbaur) dengan orang kafir tanpa maksud dan keperluan, hukumnya makruh.
Loyal atau Ngefans (al-Walâ’) kepada Non Muslim
Istilah loyal (al-walâ’) tersebut bisa memiliki arti mencintai, mengasihi, memuliakan atau menolong secara lahir dan batin kepada orang yang ia cintai (al-Walâ’ wal-Barâ’, XV/409).
Sebagian ulama seperti Syekh Abu Muaz Muhammed Abdul Hay al-Uwenah al-Mishri berpendapat bahwa loyal (al-walâ’) merupakan prinsip keimanan yang wajib dialamtkan kepada sesama muslim, sehingga iman dan loyal kepada figur non Muslim tidak akan bisa berkumpul, sebab iman selalu menolak berkasih hati kepada non Muslim.
Hukum kecondongan hati atau loyal (walâ’), kepada figur non-Muslim seperti artis Korea adalah haram, karena hal demikian dapat mengikis iman. Bahkan hukum haram tersebut dapat memurtadkan pelakunya bila rasa cintanya itu didasarkan atas kekafiran idolanya (Tafsir al-Kabîr, VIII/10-11).
Khoiron Abdullah|annajahsidogiri.id
Comments 0