Islam, iman dan ihsan adalah tiga pondasi yang harus tertanam dalam diri seorang mukmin. Islam dan iman ini membahas tentang fiqh dan akidah. Jadi, tidak asing lagi bahwa keduanya sangat populer dikalangan pengkaji Islam. Bedahalnya dengan ihsan, pembahasan mengenai ihsan yang berisi seputar pembahasan ilmu tasawuf mulai redup seiring berjalannya zaman. Karena mulai sedikit dan menurunnya pengkaji dan peminat tasawwuf. Kitab tasawwuf pun perlahan-lahan serasa menghilang. Oleh karenanya, kami ingin memperkenalkan kitab tasawwuf yang masih sudah tidak asing lagi di kalangan pesantren, yakni Kitab Al-Hikam Al-Atha’illah Lil-Imam Atha’illah as-Sakandari. Kitab ini merupakan salah satu kitab tasawwuf yang sangat monumental. Imam Atha’illah as-Sakandari sendiri hidup pada tahun 658 H. dan wafat pada tahun 709 H. Kitab ini masih bertahan kepopulerannya sampai sekarang.
Kitab yang tidak begitu tebal ini hanya mempunyai kurang lebih 150 halaman saja. Tapi pesan-pesan yang terkandung di dalamnya yang disampaikan oleh Imam Atha’illah as-Sakandari mengena ke dalam jiwa. Salah satu contoh kutipan pesan Imam Atha’illah as-Sakandari dalam kitab ini ialah:
َأَرِحْ نَفْسَكَ مِنَ التَّدْبِيْرِ، فَمَا قَامَ بِهِ غَيْرُكَ عَنْكَ لَا تَقُمْ بِهِ لِنَفْسِك
“Istirahatkanlah dirimu dari (ikut campur) mengatur kesibukan dunia, karena apa yang telah Allah atur, tak perlu lagi kau ikut campur.”
Dari satu pesan ini, Imam Atha’illah as-Sakandari menyampaikan kepada kita agar tidak menyibukkan diri dalam meraih dunia, melainkan kita hanya cukup sewajarnya saja dalam mencari dunia, karena hal tersubut sudah diatur oleh Dzah Yang Maha Kuasa. Beliau juga memberikan obat bagi orang yang selalu memikirkan tentang dunia, yaitu dengan cara memperbanyak dzikir kepada Allah dan banyak melatih diri (tirakat).
Baca Juga: Haulal-Ihtifâl bi-Dzikrâ Maulidin-Nabî asy-Syarîf
Bukan hanya nasihat tentang hal-hal yang berkaitan duniawi, beliau juga memotivasi mereka yang terjatuh ke dalam lembah kemaksiatan agar tidak putus asa dari rahmat Sang Maha Kuasa; bahwa meski yang mereka kerjakan itu berupa kemaksiatan, namun itu merupakan sebuah kebaikan jika menjadi penyebab mereka sadar akan kehianaan dan butuhnya mereka terhadap Allah supaya diberi taufik dan hidayah sehingga bisa membuat bangkit untuk mengejakan ketaatan, sebagaimana pesan berikut:
مَعْصِيَةٌ أوْرَثَتْ ذَُلًا وَافْتِقَارًا خَيْرٌ مِنْ طَاعَةٍ أَوْرَثَتْ عِزًّا وَاسْتِكْبَارًا
“Maksiat yang melahirkan rasa hina dan butuh itu lebih baik daripada ta’at yang melahirkan rasa bangga dan angkuh.”
Maka dari itu, hal inilah yang menjadi alasan mengapa kitab hikam ini masih terjaga popularitasannya sampai saat ini. Pesan-pesan yang terkandung didalam kalam Imam Athaillah as-Sakandari mengena ke dalam hati.
Deni Arisandi | Annajahsidogiri.id