Sejak fungsi kognitif anak berfungsi, maka sejak itu menjadi keniscayaan bagi orang tua memperhatikan pendidikan anak. Terutama ketika seorang anak menginjak usia 2 tahun ke atas, usia dimana anak mulai mampu menyerap informasi. Pada masa tersebut seorang bocah diibaratkan kertas kosong yang siap menampung informasi yang datang.
Oleh Karena itu, sudah menjadi keniscayaan bagi setiap orang tua untuk memperhatikan pendidikan anak pada masa krusial tersebut. Salah satunya dalam memberikan pendidikan yang berkenaan dengan akidah. Disebutkan dalam kitab Hukmusy-Syarîah al-Muhammadîyah fî Ta’lîm Muslîmîna Aulâdahum bil Madâris al-Ajnabiyyah, bahwa diantara kewajiban orang tua sebelum anak menginjak usia baligh adalah mengajarkan akidah-akidah berkenaan dengan Allah dan para Rasul-Nya.
Hal pertama yang perlu dilakukan oleh orang tua adalah melakukan penyesuaian pengajaran berdasarkan dengan usia sang anak. Jangan sampai pengajaran yang kita lakukan menjadi tidak efektif karena tidak menyesuaikan dengan usia sang anak. Tentang hal ini kami telah merangkumnya dalam beberapa poin sebagai berikut:
Pendidikan Akidah Anak Usia 1-2 Tahun
Pada usia 1-2 tahun, otak anak sudah mampu menampung memori. Pada usia ini, kata Montessori, anak dapat menangkap informasi tanpa disadari. Hal yang harus dilakukan oleh orang tua pada anak di usia ini adalah menanamkan di otak bawah sadar mereka tentang keyakinan terhadap Allah. Terkait hal ini, orang tua dapat mengajari anaknya lagu-lagu seputar akidah seperti lagu sifat wajib Allah yang sering dilantunkan di masjid-masjid, Wujûd, Qidâm, Baqâ’, Mukhâlafatuhu lil Hawâditsi, Qiyâmuhu binafsihî, Wahdaniyah, Qudrat, Irâdat… Atau “lagu Allah Tuhan Saya”. Tujuannya agar mereka hafal terlebih dahulu, yang kemudian nantinya dapat diperluas sesuai dengan perkembangan anak. Ketentuan ini tertuang dalam kitab Ihya’ Ulumid-din Juz-1, hal 126.
Pendidikan Akidah Anak usia 3-6 Tahun
Pada usia 3-6 tahun, kemampuan anak dalam menagkap informasi sunggguh luar biasa. Pada usia ini anak sudah mampu menerima informasi secara sadar. Maksudnya pada usia ini anak bukan sekadar menyerap informasi, tapi juga mulai mencari tahu tentang informasi yang diketahuinya. Beragam pendidikan dapat dilakukan pada masa ini. Apa saja model pendidikan itu, berikut penajabarannya:
Pertama, mulai memberikan pendidikaan al-Qur’an. Hal ini penting menjadi perhatian orang tua karena dengan dikenalkan kepada al-Quran, diharapkan tumbuh kepercayaan terhadap Allah I sebagai tuhannya dan al-Quran adalah firman-Nya. Keyakinan yang tertanam sejak kecil ini akan terpatri hingga remaja dan masa dewasanya.
Kedua, mengajari segala macam ibadah yang dapat menjadi perisai bagi diri mereka
Sebagaimana dilansir dari mommyasia.id, bahwa anak usia 3-6 tahun sudah dapat meniru doa pendek dan segala macam bentuk ibadah sesuai agama yang dianutnya. Oleh karena itu, sudah selayaknya pada usia tersebut orang tua mengajari anak mereka beribadah semisal salat. Selain karena untuk membiasakan hal-hal baik pada anak, salat sendiri merupakan tiang agama yang dapat memperkokoh keimanan.
Ketiga, sering mengajak mereka berkumpul dengan orang saleh.
Tentang hal ini, Syekh Nawawi al-Banteni mengatakan bahwa bergaul dengan orang saleh akan membawa kita pada kedamaian dan ketenangan. Sedangkan bergaul dengan orang fasik diri kita susah dan jiwa kita tidak tenang. Selain itu, bergaul dengan orang fasik akan menghilangkan rasa bencimu pada kemaksiatan. (Muroqil-Ubudiyah). Di sini kumpulnya anak-anak dengan orang-orang saleh diharapkan dapat merangsang pikiran mereka untuk mengikuti tindak langkah mereka serta dapat menumbuhkan ketakwaan dan keimanan dalam diri sang anak.
Rifqi Ja’far | Annajahsidogiri.id