Trinitas merupakan konsep ketuhanan yang dimiliki oleh Kristen Katolik, dalam ideologi ini tuhan bukan hanya Allah ﷻ saja, tapi juga Siti Maryam, dan Nabi Isa. Pemeluk ideologi ini juga meyakini bahwa Nabi Isa dan Siti Maryam adalah putra dan istri dari Allah ﷻ yang mana keduanya sama-sama memiliki sifat ketuhanan.
Lantas, benarkah Nabi Isa dan Siti Maryam adalah tuhan?
Untuk menjawab pertanyaan seperti ini, perlu kita ketahui terlebih dahulu bahwa salah satu sifat yang wajib dimiliki oleh Tuhan adalah esa.
Baca Juga; Bidaah; Drama Religi Yang Menuai Kontroversi
Dari jawaban ini rasanya sudah cukup untuk menolak konsep Trinitas yang dipaparkan di atas.
Pertanyaan berikutnya, mengapa Tuhan harus satu?
Ke-esaan Tuhan adalah kebenaran mutlak yang tidak bisa dibantah, sebab kebenaran ini diperkuat oleh beberapa dalil:
Pertama, dalam al-Quran Allah berfirman:
لَوْ كَانَ فِيْهِمَآ اٰلِهَةٌ اِلَّا اللّٰهُ لَفَسَدَتَاۚ فَسُبْحٰنَ اللّٰهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُوْنَ
“Seandainya pada keduanya (langit dan bumi) ada tuhan-tuhan selain Allah, tentu keduanya telah binasa. Maha Suci Allah, Tuhan pemilik ʻArasy, dari apa yang mereka sifatkan.” (QS. Al-Anbiyā'[21]: 22)
Dari ayat ini ulama Mutakallimîn berpendapat bahwa dalil keesaan tuhan adalah keberadaan alam, karena jika tuhan ada dua maka niscaya alam akan hancur lebur. Maka secara jelas asumsi itu keliru mengingat pada detik ini kita masih merasakan keberadaan alam.[1]
Kedua, tidak mungkin alam ini diciptakan oleh dua dzat sekaligus, karena hal ini akan menabrak kaidah ijtimâ’u muatssiraini alâ atsârin wâhid, maksudnya tidak mungkin ada satu molekul pada tempat yang sama diciptakan oleh dua pencipta sekaligus. jika dianalogikan, ada dua orang yang membuat garis di sebuah tempat secara bersamaan, maka garis yang dibuat orang pertama tidak mungkin adalah garis yang dibuat orang yang kedua, sebab tidak mungkin satu garis diciptakan oleh dua pena sekaligus.[2]
Ketiga, ketika ada 2 dzat yang memiliki sifat ketuhanan, maka akan ada beberapa kemungkinan yaitu ketika tuhan A hendak menciptakan gerakan terhadap suatu obyek, maka tuhan B bisa jadi mengkehendaki kebalikannya, yakni diamnya obyek tersebut Atau tuhan B tidak mengkehendaki apapun. Kedua kemungkinan ini sama-sama mustahil, karena pada kemungkinan pertama akan menimbulkan berkumpulnya 2 perlawanan dalam satu obyek, yang sudah jelas kemustahilannya, jika kehendak tuhan B terjadi. Dan jika kehendak tuhan B tidak terjadi maka tuhan B tidak layak disebut tuhan karena ia tidak mampu merealisasikan kehendaknya.
Baca Juga; Mengenal Katolik, Kristen, dan Yahudi
Sedangkan pada kemungkinan kedua, maka hal tersebut juga mustahil karena jika tuhan B tidak menghendaki sesuatu apapun maka ia juga tidak layak disebut tuhan, sebab ia tidak mampu memberi kehendak terhadap ciptaanya. Dalil ketiga ini biasa disebut dengan dalil tamannu’ [3].
Dari tiga dalil di atas rasanya sudah cukup untuk membuktikan kerancuan dari konsep trinitas, dan mengokohkan akidah kita bahwa satu-satunya tuhan semesta alam hanyalah Allah ﷻ.
Ahmadul Jawwad | AnnajahSidogiri.ID
[1] Syaikh Ibrahim al-Baijuri, Tuhfatul murîd bisyarhi jauharit tauhîd, hlm. 40, Haramain.
[2] Syaikh Nawawie al-Banteni, Fathul-Majîd, hlm. 24, Haramain.
[3] Syaikh Ibrahim al-Laqqani, Hidâyatul-Murîd, hlm.95, cetakan Al-Haramain.