Sahabat #SerialAkidahAwam pernahkah bertanya, apa hubungan antara qada-kadar (القضاء والقدر) dengan sifat kodrat-iradat? Jika ada sifat kodrat ta’alluq shuluhi qadim, kenapa ada sifat iradat? Apa perbedaan kodrat dan iradat?
Jika, iya, sahabat sekalian berada pada postingan yang tepat. Karena pada kali ini, penulis akan membahas terkait iradat, setelah sebelumnya penulis membahas terkait kodrat. Jika sahabat belum mempelajarinya, penulis sarankan untuk membacanya terlebih dahulu. Karena pembahasan iradat, berkesinambungan dengan kodrat.
Pembahasan kali ini, masih seputar nazam ‘Aqidatul-Awam yang berbunyi:
فَقُـدْرَةٌ إِرَادَةٌ سـَمْـعٌ بـَصَرْ * حَـيَـاةٌ الْعِلْـمُ كَلاَمٌ اسْـتَمَرْ
“Kemudian sifat kodrat, iradat, samak, basar, hayat, ilmu dan kalam secara terus berlangsung”
Perbedaan Kodrat dan Iradat
Kodrat dan iradat merupakan dua sifat dari empat sifat penciptaan (sifatut-ta’tsir). Keempat sifat ini memiliki ciri khas masing-masing; alias berbeda satu-sama lain. Hanya saja, meski pun berbeda, semua sifat tersebut sama-sama kadim; tidak berawal. Jadi, secara hakikatnya, tidak ada urutan dari keempat sifat tersebut, serta tidak ada yang lebih dahulu satu-sama lain.
Sifat kodrat adalah sifat yang menjelaskan bahwa Allah mampu mengadakan atau mentiadakan sesuatu. Adapun sifat iradat adalah sifat yang menentukan ada-tidaknya sesuatu. Tentu yang dimaksud “ada-tidaknya sesuatu” mencakup segala aspek, mulai dari besar-kecil, panjang-pendek, hingga arah dan warna (segala sesuatu yang tergolong al-mumkinat al-mutaqabilat). Perbedaan ini termaktub dalam Kifayatul-Awam (hlm.116)
فالارادة خصصته بالطول مثلا وأما القدرة تبرز الطول من العدم إلى الوجود فالإرادة تخصص والقدرة تبرز
“Iradat menentukannya dengan panjang, misalnya, sedangkan kodrat memunculkannya dari tidak ada menjadi ada. Iradat itu menentukan, sedangkan kodrat memunculkan.”
Adapun urutan yang terjadi ialah antar ta’alluq, bukan antar sifat. Ta’alluq sifat kodrat suluhi-qadim jelas lebih dahulu daripada ta’alluq-nya yang tanjizi-hadis. Akan tetapi, antar sifat kodrat yang kadim dengan sifat iradat yang kadim sama-sama tidak berawal; tidak memiliki urutan.
Dengan memahami perbedaan tersebut, pertanyaan terkait kodrat ta’alluq shuluhi qadim dengan iradatul-Lah al-qadim terjawab. Karena antara kodrat ta’alluq shuluhi qadim dengan iradatul-Lah al-qadim jelas berbeda. Kodrat adalah penciptaan, sedangkan iradat penentuan. Hanya saja, kodrat yang shuluhi qadim adalah kelayakan (shalahiyah), bukan penciptaan secara de facto, sebab mumkinat mustahil qadim. Penjelasan lengkapnya, pernah kami tulis dalam #SerialAkidahAwam yang berjudul Mengenal 7 Ta’alluq Sifat Kodrat.
Kaitan dengan Qada-Kadar
Membahas kodrat-iradat secara otomatis juga membahas hal yang sangat erat kaitannya, atau bisa juga dibilang sama. Jika para sahabat #SerialAkidahAwam membahas kodrat-iradat, ada 2 pasal yang secara sadar atau tidak juga ikut terbahas. 2 pembahasan itu ialah:
- Poin keenam dari rukun iman (qada-kadar)
- Sifat jaiz Allah
Membahas sifat jaiz Allah, mesti bertemu dengan pembahasan sifat kodrat. Karena isi dari sifat jaiz Allah ialah: Allah bebas menciptakan atau tidak mumkinat. Memunculkan atau mentiadakan sesuatu, sebagaimana pembahasan kita barusan, merupakan definisi dari sifat kodrat. Jika melihat nazam ‘Aqidatul-Awam-nya, bunyinya sebagaimana berikut:
وَجَائـِزٌ بِـفَـضْـلِهِ وَ عَدْلِهِ * تَـرْكٌ لـِكُلِّ مُمْـكِـنٍ كَفِعْلِهِ
“Jaiz dengan fadhal dan keadilan Allah, meninggalkan segala perkara mungkin seperti mengerjakannya.”
Begitu pula dengan pembahasan qada-kadar. Membahas qada-kadar adalah membahas kodrat-iradat itu sendiri. Karena menurut pendapat ulama yang bisa kita pakai, qada adalah iradat, sedangkan kadar adalah kodrat.
Namun, dalam pembahasan qada-kadar, setidaknya ada dua pandangan. Pertama, qada-kadar adalah iradat dan kodrat. Kedua, qada-kadar merupakan ilmu dan kodrat. Imam Abdul Birri bin Abdillah al-Ajhuri merangkai kedua pandangan tersebut menjadi empat bait yang indah. Nazamnya sebagaimana berikut:
إرادة الله مع التعلق * في أزل قضاؤه فحقق
“Kehendak Allah yang azali itu merupakan kada Allah.”
والقدر الإيجاد للأشياء على * وجه معين أراده علا
“Kadar adalah penciptaan segala sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya.”
وبعضهم قد قال معنى الأول * العلم مع تعلق في الأزل
“Sebagian ulama berpendapat bahwa makna yang pertama (qada) adalah ilmu Allah yang azali.”
والقدر الإيجاد للأمور * على وفاق علمه المذكور
“Kadar adalah penciptaan sesuatu yang sesuai dengan ilmu-Nya.”
Sebagai pelengkap, penulis sarankan untuk membaca dua artikel #SerialAkidahAwam yang berjudul Apa itu Ta’alluq? dan Apa Itu Azali? untuk memahami atau bahkan mengingat ulang terkait pengertian keduanya. Semoga bermanfaat!