Islam adalah agama yang menjunjung tinggi bagi pemeluknya untuk selalu beramar makruf nahi mungkar. Bahkan mewajibkan. Karena ketika kemungkaran merajalela sedangkan yang mencegah tidak ada, maka Islam sebagai agama yang haq sudah tidak dihiraukan lagi oleh pemeluknya.
Maka dari itu Allah dan Rasul-Nya mewajibkan kepada hambanya untuk beramar makruf nahi munkar sebagaimana dalam surat Ali Imran ayat 104 yang artinya, “dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru pada kebajikan menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran {104}: 3).
Baca Juga: Bahaya Laten Kaum Radikal
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar dari Durroh bin Abi Lahab berkata, seorang laki-laki mendatangi nabi yang sedang berada di atas mimbar seraya berkata, “ya Rasulallah, siapakah paling baiknya umat? Rasulullah menjawab, mereka yang memerintah kepada kebajikan, mencegah dari kemunkaran, mereka yang takut kepada Allah, dam mereka yang menyambung silaturrahim.” Kata Imam Tustari dalam tafsirnya.
Probemnya sekarang adalah ketika seseorang atau ormas yang melakukan amar makruf nahi munkar hampir pasti dikatakan radikal, Meskipun mereka sudah memenuhi sarat-sarat yang telah ditentukan oleh Allah dan Rasul-nya. bahkan ketika seseorang menghormati agama lain tanpa membenarkannya dianggap intoleran, orang yang mengatakan bahwa jihad adalah syariat yang diwajibkan dianggap radikal. Lucunya, yang mencemooh mereka dari saudara seiman yang hanya berbeda pandangan.
Memang sebagian umat Islam ada yang menyalah-gunakan amar makruf nahi munkar dengan cara kekerasan, brutal dan sesamanya. Akan tetapi bukan berarti yang melakukan nahi mungkar dengan cara tegas juga termasuk radikal. Hal ini disebabkan pengaruh Barat yang selalu mengatakan bahwa Islam adalah agama radikal.
Baca Juga: Bias Tuduhan Liberal dan Radikal
Disebutkan dalam Khoriqul-Makhtum karangangan Safiurrahman al-Mubarakfuri, pada zaman Rasulullah ada orang yang mengaku nabi bernama Musailamah al-Kadzab, yang mana hal ini termasuk perbuatan munkar. Ketika rasulullah mendengar kabar tersebut beliau langsung mencegahnya dengan menyiapkan pasukan untuk memeranginya. Sebab musailamah tidak mau bertaubat.
Mencegahnya rasulullah terhadap kemungkaran seperti di atas tidak bisa dikatakan radikal. Sebab mengaku nabi dalam Islam termasuk dosa besar, jika tidak dicegah maka akan menyesatkan banyak orang. Dan juga Nabi Muhammad adalah nabi terakhir yang diutus.
Tuduhan radikal terhadap Islam memang sudah mengakar di kalangan umat Islam (liberal) sendiri. Entah apa yang membuat mereka berpandangan demikian. Islam dikatakan agama perang, karena menaklukan dengan cara tersebut. faktanya ketika hendak menaklukan, pasukan Islam tidak semerta-merta menyerang . bahkan pasukan Islam memberi 3 opsi, masuklah Islam tanpa ada paksaan atau berdamai dengan membayar upeti, jika tidak dengan keduanya maka kami membawa pasukan yang tidak takut mati (berperang).
Pada intinya tuduhan radikal terhadap Islam tidak benar. Islam adalah agama yang damai. Jika dari tubuh Islam terdapat yang radikal itu adalah oknum bukan dari Islam itu sendiri. Sebab Allah mengutus Nabi Muhammad tak lain untuk rahmat seluruh alam. Wallahu a’lam
M Nuril Ashabi Luthfi | Annajahsidogiri.id
Comments 1